Kamis, 24 Januari 2013

.: Lilin Harapan :.


Ada 4 lilin yang menyala..
Sedikit demi sedikit habis meleleh..
Suasana begitu sunyi, hingga terdengarlah percakapan mereka..



Lilin pertama berkata :
“Aku adalah Damai….. Namun manusia tak mampu menjagaku, maka lebih baik aku mematikan diriku saja.”
Demikian sedikit demi sedikit sang lilin padam…







Lilin kedua berkata :
“Aku adalah Iman… Sayang aku tak berguna lagi, manusia tak mau mengenalku. Untuk itulah tak ada gunanya lagi aku menyala.”
Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.





Dengan sedih giliran lilin ketiga berkata :
“Aku adalah Cinta.. Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala, manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.”
Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah lilin ketiga.




Tanpa terduga…
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar,
Dan melihat ketiga lilin telah padam.
Karena takut akan kegelapan, ia berkata :
“Kenapa? Kalian harus tetap menyala, aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia menangis tersedu-sedu..







Lalu dengan terharu lilin keempat berkata :
“Jangan takut, jangan menangis, selama aku masih tetap ada, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga lilin lainnya.. Akulah HARAPAN..”
Dengan mata bersinar,sang anak mengambil liilin harapan, lalu menyalakan kembali ketiga lilin lainnya..




Apa yang tidak pernah mati hanyalah HAPARAN yang ada dalam hati kita..
Dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, dan Cinta dengan HARAPAN-nya !!

Selasa, 22 Januari 2013

.: Tetaplah hidup, Pagi :.

Foto : kfk.compas.com
............................................................

Menatap sinar yang datang dengan malu..
Di ufuk timur,
mengusik jutaan titik embun,
di lembah jalanan Sidareja

Tadi, di sepertiga malam.
Alam ini terasa begitu sunyi,
Hanya nyanyian ayat suci,
yang menemani.


Kini, 
pagi mulai bergairah.
Ribuan pohon melambai pada jalanan.
Pada manusia-manusia pagi. 

Pukul 5:40,
Pagi kembali sepi.
Embun menyapa kembali.
Dingin menyerang kembali,
di tengah hutan,
di tepian jalan Sidareja ini

Tak lama, 
Pagi kembali lagi.
menghidupkan kembali manusia pagi,
yang berjalan sedikit berlari.
Menghidupkan kembali pagi yang barusan mati..

Tetaplah hidup, pagi.
Hingga surya pergi sembunyi..

Rabu, 16 Januari 2013

.: Selalu Ada Lagu Untukmu, Ayah :.


Foto : jhegaspar.blogspot.com
 Selalu ada lagu untukmu
Tentang keindahanmu dalam menjalani hidup
Kebiksanaan yang akan kurasa sempurna
Tentang kemampuan dirimu menjaga keluarga
Selalu ada lagu untukmu
Dalam kesendirian dan kepedihanku
Dalam rindu tak terbatas ruang dan watu
Tentang dirimu yang masuk dalam relung hati yang terdalam
Selalu ada lagu untukmu
Di setiap desah nafas kehidupanku
Dalam mencari jati diri menjadi dewasa
Untuk kemandirianku sepanjang masa
Selalu ada lagu untukmu
Tentang kebahagiaan, harapan dan cita-cita
Tentang kerinduan, tangis, dan kenangan
Tentang kehangatan, kebersamaan, yang sudah berlalu
Selalu ada lagu untukmu
Untuk kuberikan padamu
Tak seindah pujangga
tapi hanya untukmu, dariku, Ayah.
Hanif Mahaldi, 13 Januari 2013

Senin, 14 Januari 2013

.: Kejadian Tak Terduga Saat Berbagi Nasi :.

Hari Sabtu tanggal 12 Januari 2013 tim BerbagiNasiID menggelar kegiatan menabung di Daerah Jakarta dengan amunisi sebanyak 1017 bungkus nasi dan 51 gerilyawan/ti. Jumlah yang luar biasa banyak dari biasanya. Ini menandakan bahwa semakin banyak orang yang ingin berbagi.
Oh iyaa, bagi kawan-kawan yang belum mengetahui dan ingin tahu apa itu Berbagi Nasi silakan baca terlebih dahulu postingan saya sebelumnya yang berjudul Hikmah Satu Bungkus Nasi.
Kali ini ada sebuah cerita yang sangat luar biasa ketika proses menabung dilaksanakan.

.: Untuk Kita, Mengenai Bapak Tua Kita :.


Kau kini tumbuh besar kawan.
Kau lihat ayah semakin menua dan melemah.
Kini,
Dia berbeda dengan yang dulu.
Dulu ia berani berbicara dengan nada keras ketika kau salah.
Tapi kini, nada suaranya begitu rendah padamu.
Tapi kini kau selalu di minta pendapat olehnya.
Dulu tangannya begitu mudah melayang padamu.
Kini tanggannya sulit untuk menyentuhmu dengan kekasaran
Ia menyekolahkanmu,



sehingga ia menyadari bahwa kau orang berilmu.
Ia melihatmu mulai berprestasi,
sehingga ia melihatmu tidak sebagai orang biasa.
Ia melihatmu diperlukan banyak orang.
Sehingga ada rasa segan padanya dan memperlakukanmu sebagaimana dulu.
Ia melihat dirimu sudah bisa mencari uang.
Sehingga  dia merasa bahwa kau sudah mandiri.
Kawan,
apakah karena berilmu, lalu kita berani membodoh-bodohkan bapak tua kita?
Apakah karena sudah bisa mencari uang sendiri lalu kita perlakukan mereka seperti babu?
Apakah karena kita diperlukan banyak orang, kita anggap mereka tak berharga?
Kita sibuk dengan proyek dan bisnis tanpa ada sapa untuk mereka.
Apakah karena kita sudah merasa menjadi raja.
Kita anggap mereka pembantu atau orang kampung pinggiran yang tak berguna.
Bodoh sekali, kalau semua itu membuat kita memandang rendah bapak dan ibu.
Hanya karena alasan karir, uang, profesi dan teman-teman yang belum tentu setia.
Telah memberi derajat kita sebagai manusia.
Kalau diantara kita ada yang seperti itu,
kita telah menjual bapak dan ibu,
kita telah menghilangkan kerinduan dalam hati mereka memiliki seorang anak.
Setelah sekian lama diperjuangkan, kita melupakannya.
Untuk apa kita hidup, kita bekerja, kita belajar, percuma !
Ingat,
mereka semakin menghargai kita semakin kita bertambah besar.
Ia juga semakin menyimpan harapan di pundak kita.
Karena kita anak yang ia banggakan, anak yang ia jagokan
Kawan,
Tangismu tak berguna.
Kawan,
buatlah mereka tersenyum dan menangis karena memilikimu.
Bukan menangis sakit hati, tapi bangga.
Bahwa inilah anak yang dulu ia dambakan kehadirannya.
-Bambang Achdiat-

Minggu, 13 Januari 2013

.:Mencintailah Hanya Karena Allah:.

Cinta adalah karunia fitrah, karunia Allah yang diberikan kepada setiap manusia. Cinta adalah perasaan suci yang lahir dari dalam hati manusia, baik itu cinta kepada lawan jenis, sesama mahluk-Nya dan yang pasti cinta manusia pada Sang Pencipta.
Namun, seiring berlalunya waktu dan masuknya era modernisasi, cinta manusia yang suci mulai tergerus oleh yang namanya nafsu. Cinta yang suci pada-Nya tergerus oleh cinta pada sesama ciptaan-Nya (lawan jenis). Cinta yang suci tergerus kesuciannya akibat kurangnya pemahaman dan pengetahuan mengenai cinta itu sendiri.
Menyukai dan mencintai lawan jenis adalah fitrah dalam Al-Qur'an Surat Ali-Imran ayat 14 di sebutkan "Dijadikanlah indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diinginkan, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga)."

Jumat, 11 Januari 2013

Sebuah Surat dari Ibu dan Ayah (Renungan)


Malam ini, hari Jum'at  di sudut kanan notebook-ku menunjukkan pukul 23:35. Saat itu aku sedang membaca sebuah buku karya Ahmad Tohari yang ku pinjam dari sahabatku dan terpaku pada 3 halaman yang istimewa isinya. Berkali-kali aku baca halaman itu untuk benar-benar memahami isi dan menjiwai. Halaman itu berisi tentang surat yang ditulis oleh orang tua kepada anaknya. Surat yang membuatku sadar akan kesalahanku ketidaksabaranku dalam merawat orang tua. Aku memang tidak memiliki ayah dan ibu sebagaimana kalian, namun aku masih memiliki seorang nenek yang keadaannya sama pesis dengan yang ada di surat tersebut. Semoga dengan membaca surat ini kawan-kawan bisa lebih menghargai dan menyayangi orang tua kawan-kawan semua.
Berikut adalah sebuah surat dari sosok ayah dan bunda untuk anaknya, surat yang didapat dari buku karya Ahmad Tohari yang merupakan hasil terjemahan dari video yang beliau dapat dari luar negeri dengan judul Letter From Mom and Dad. Semoga setiap penyesalan yang dirasakan setiap anak tidak terjadi pada kita, ketika kehilangan dua penjaga yang merindukan kehadiran kita sebelum kita ada di kandungan. Selalu setia pada kita sampai sekarang, sampai akhirat kelak.

Anakku,
Ketika aku tua, 
aku berharap kau mengerti dan sabar padaku.
Ketika aku memecahkan piring atau menjatuhkan sop dari meja karena penglihatanku berkurang.
Aku berharap kamu tidak berteiak memarahiku,
Orang yang sudah tua sangat sensitif.
Milikilah belas kasih ketika kamu harus berteriak marah.