Kami adalah 6 orang yang terikat dalam satu darah. Sebenarnya 8 orang
hanya saja dua orang yang telah melahirkan ku ke dunia sudah tiada, ya ibu dan
bapak ku. Mereka sudah meninggal sejak lama, ayahku sudah hamper 15 tahun dan
ibu ku hamper 9 tahun meninggalkan kami dan dunia mereka.
Kami adalah keluarga yang sangat sederhana dan kecil, terdiri dari 6
orang anggota keluarga yaitu aku, 2 kakak perempuanku, dua adik laki-lakiku dan
seorang nenek yang telah berumur 70tahunan. Kehidupan kami memang tidak seperti
keluarga-keluarga yang lain, kami hanya sekelompok orang yang memiliki ikatan
darah dan tinggal dalam satu rumah peninggalan orang tua kami. Latar belakang
keluarga kami cukup unik karena kedua orang tuaku bekerja sebagai tenaga pengajar
(guru) di Sekolah Dasar di kota kami. Dan memiliki darah seni yang cukup
kental, ayahku seorang pemain music tradisional yang cukup dikenal dan ibu ku
sangat pandai merangkai kata-kata untuk dijadikan sebuah puisi ataupun cerita
pendek. Kami dulu tinggal menumpang kepada salah satu keluarga yang dimana
nenekku bekerja disana sebagai pengurus rumah tangga di keluarga tersebut.
Alhamdulillah keluarga tempat nenekku bekerja adalah keluarga yang benar-benar
baik, biaya sekolah ibuku ditanggung mereka sampaibeliau berhasil menjadi guru
di akhir hidupnya. Dan sekarang ketika nenek ku tidak bekerja lagi untuk
keluarga mereka, hampir setiap lebaran keluarga tersebut silaturahmi kerumah
kami sekedar untuk bertemu dengan nenekku yang mengurus mereka sejak kecil.
Luar biasa sekali hikmah dari silaturahmi. Allhamdulillah.
Masih saya ingat ketika saya masih berumur 3 atau 4 tahun dimana kami
sekeluarga tinggal dirumah yang sangat-sangat sederhana, hanya terdiri dari dua
kamar tidur dan satu aula yang kami jadikan tempat menerima tamu dan
berkumpulnya keluarga. Saat itu kakak perempuan ku yang pertama telah menginjak
kelas 6 SD dan kakak perempuanku yang kedua baru menginjak kelas 1 SD. Kami
sering menghabiskan waktu kami untuk bermain di sebuah Taman Kanak-kanak di belakang
rumah. Bermain jungkat-jungkit, srosotan melewati jembatan kecil. Canda tawa
lalu diakhiri dengan salah seorang dari kami yang menangis karena berbagai
sebab dan acara canda tawa kami biasanya ditutup dengan ceramah dari ibu kami.
Haha
Ya, memang ibu adalah seorang yang cukup galak, tegas dan disiplin. Berbeda
dengan ayah yang sikapnya lebih santai walaupun galak juga. he..
Namun sayang ayah meninggalkan kami lebih dulu karena sakit yang
dideritanya. Hanya kenangan-kenangan kecil yang beliau tinggalkan dan itulah
yang membuat kami khususnya saya merasa benar-benar kehilangan seorang ayah.
Seringkali saya merasa iri kepada teman-teman saya ketika berkunjung kerumah
mereka dan mendapati mereka bercanda dan bercerita tentang kehidupannya
dikampus dan lain sebagainya. Ya, iri karena kenapa aku tidak sempat merasakan
kedekatan antara anak laki-laki dan ayahnya. Tapi itu tidak menjadikan kami
berkecil hati, karena kemudian ibuku menikah kembali dengan seorang duda
pengusaha yang lumayan sukses, hari-hariku dilewati bersama sosok ayah setelah
ibku menikah namun walaupun begitu ada perasaan dan sikap yang berbeda antara
kami dan ayah tiriku, yah, mungkin karena beliau bukan ayah kandung kami. Tapi
itu bukan berarti kami tidak mengakui beliau sebagai ayah karena kami yakin
beliau pun menyayangi kami seperti anak kandung nya sendiri.
Dari pernikahan keduanya ibuku melahirkan seorang anak yang diberi nama
Givan. Dan lengkap lah kami jika dijadikan power ranger dengan julukan 5G.
Gina, Gita, Galih, Gilang dan Givan. He
Tetapi allah kembali berkehendak lain. Hari-hari yang kami lewati
bersama adik baru kami harus kembali dilanda kesedihan karena kehilangan orang
yang kami sayangi, ibuku meninggal saat aku kelas 1 SMP dan adik paling kecilku
berumur sekitar 3 tahun.
Mulailah kami menjalani hidup kami sendiri tanpa ada orang tua satu pun.
Ayah tiriku langsung pulang ke rumahnya setelah beberapa hari ibuku meninggal.
Ingin focus mengembangkan bisnisnya mungkin.
Dan sudah sekian tahun kami hidup sendiri di bimbing oleh seorang nenek
yang luar biasa kuat, sabar dan penyayang yang mengurusi kami semua tanpa
mengeluh. Mengurusi 5 orang anak kecil dalam usianya yang telah lanjut. Luar
biasa pengorbanan nenekku dalam menghidupi kami, bekerja sebagai buruh tani,
buruh pengupas bawang merah beliau jalani demi menunjang kehidupan kami semua.
Beliau adalah pahlawan bagi kami semua cucunya yang menyayanginya.
Beberapa hari yang lalu dimalam hari, ketika itu saya terbangun karena
ingin buang air kecil. Saya lihat nenek saya sedang shalat tahajud dan dalam
tangisan do’anya saya mendengar nama kami disebut berulang kali sambil terus
mengeluarkan air mata. Mendo’akan kami agar selalu diberi kekuatan dalam
menjalani hidup yang berat, diberi kesholehan agar bisa membawa orang tua kami
menuju pintu surga-Nya. Air mata saya pun menetes menyaksikan hal itu. Saya
menyadari sikap saya salama ini yang masih jauh dari harapan nenek saya. Sering
membuat beliau kecewa dengan sikap kami. Sering ketika kami mendapat rejeki
kami tidak mengingat akan perjuangan mu, namun kau tetap ingat kami ketika kau
mendapat rejeki sekecil apapun itu. Rasa sayangnya kepada kami luar biasa besar
dapat terlihat dari perjuangan sejak ibuku meninggal hingga kini, beliau
mengurusi kami semua 5 orang anak yang hidup tanpa orang tua.
Kini, beliau sudah terlalu renta untuk berjalan, terlalu lelah untuk
melangkah, terlalu lemah untuk berjuang, saatnya kami sebagai anak yang
beranjak dewasa mengabdikan diri untuk merawat nenek kami tercinta yang sudah
tidak dapat melihat lagi karena mengalami gangguan pada matanya. Membimbing
adik-adik kami agar dapat menjadi orang yang selalu mengingat-Nya, mencintai
nabi-Nya, selalu membaca pedoman hidup kita semua yaitu al-qur’an.
Selalu terbayang ketika nanti salah satu dari kami berhasil
memberangkatkan beliau untuk pergi ke tanah suci menjalankan ibadah haji.
Karena bagi nya tidak ada keinginan lagi selain melihat kami menjadi anak yang
sholeh, bermanfaat dan pergi naik haji. Insya allah nek, doakan cucu-cucu mu
untuk memperjuangkan apa yang telah menjadi mimpimu.
Istirahatlah, kumpulkan sisa tenaga dan persiapkan dirimu untuk
berangkat ke tanah suci. Kami akan selalu berusaha mewujudkan mimpi besarmu dan
mimpi besar kami semua.
Terima kasih atas semua pengorbanan dan kesabaranmu dalam mendidik,
menjaga dan mengurusi kami. Kini biarkanlah kami belajar mandiri, membimbing
adik-adik kami namun jangan berhenti untuk mendoakan kami agar selalu di
berkati oleh Allah.
Semua perjuangan akan harapanmu tak akan sia-sia.
Kau ibu kami, kau bapak kami, kau nenek kami kau segalanya bagi kami.
Semoga disisa hidupmu saat ini selalu dipenuhi dengan kebahagiaan karena
melihat cucu-cucu yang selama ini kau bombing menjadi orang yang luar biasa,
bermanfaat bagi orang lain, sholeh dan mampu menjadikan ibu bapak kami sebagai
ahli surga dengan kesholehan kami.
Umur tak menjadi halangan untuk berjuang
menggapai cita. Pengorbananmu lebih besar dari pegunungan Himalaya,
keikhlasanmu lebih luas daripada samudra pasifik dan keberadaanmu lebih dari
apapun didunia ini bagi kami.
You’re our everything, you’re our whole world,
you’re our moon, you’re our sun.
Tulisan ini untukmu nek, sebagai satu bukti nyata dan abadi ketulusan
dan kegigihanmu yang luar biasa dalam memperjuangkan kehidupan kami.
Kata-kata yang terlontar dengan indah seindah apapun dapat hilang
ditelan waktu, namun sebuah tulisan tidak akan pernah hilang sampai kapanpun
akan tetap abadi. Seperti kasihmu pada kami yang selalu abadi.
Kuhadiahkan sebuah lagu untuk mu..
Dimatamu
masih tersimpan,, selaksa peristiwa..
Benturan
dan hempasan terpahat dikeningmu..
Kau
Nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras,,
Namun
kau tetap tabah..
Meski
nafasmu kadang tersengal..
Memikul
beban yang makin sarat,
Kau
tetap bertahan
Keriput
tulang pipimu gambaran perjuangan,,
Bahumu
yang dulu kekar legam terbakar matahari, ]
Kini
kurus dan terbungkuk..
Namun
semangat tak pernah pudar,
Meski
langkahmu kadang gemetar,
Kau
tetap setia..
#GPP