Rabu, 23 Mei 2012

tentang rasa

KETEGASAN UNTUK MEMBEBASKAN DIRI DARI CINTA YANG PALSU SEAWAL MUNGKIN, AKAN MENYELAMATKAN HATI BAIKMU DALAM KETERLANJURAN YANG PANJANG PENYESALANNYA.
KITA HARUS BISA MEMBEDAKAN ANTARA ORANG YANG KITA MAU DAN YANG KITA BUTUHKAN
SESEORANG BISA BERUBAH TERGANTUNG SIAPA YANG MENDAMPINGINYA.
TAPI BISAKAH SEBUAH RASA MEMBERIKAN KITA SEMANGAT UNTUK LEBIH BAIK? ENTAHLAH…
KARENA BEGITU CEPAT WAKTU MENGUBAH RASA..

-GPP-
 SUKAMAJU, 160512

about a relationship


Masa sih kamu belum pernah pacaran?
Begitulah rata-rata orang yang baru kenal dan baru tahu kalau aku belum pernah pacaran sekalipun. Ya, jomblowan sejati. Memang zaman sekarang pacaran itu mungkin bukan sesuatu yang aneh. Anak-anak usia SD pun sekarang pasti ada yang sudah berpacaran.
Pacaran sekarang dianggap suatu kebutuhan, seperti beberapa orang temanku, mereka terlihat benar-benar menderita ketika tidak punya pacar lebih dari 1 bulan bahkan ada yang baru 3 hari menjomblo tapi sudah uring-uringan. Bahkan terlihat lebih menderita daripada saat mereka tidak punya uang, salah seorang dari mereka sempat kutanya kenapa bisa seperti itu dan jawabannya cukup mengejutkan. Dia menjawab kalau tidak punya pacar tidak punya kegiatan untuk mengisi waktu. Jawaban yang sama sekali tidak beralasan menurutku.
Kebanyakan anak muda zaman sekarang menganggap pacaran adalah suatu kebutuhan, padahal kebutuhan mereka sebenarnya adalah hanya ingin memiliki seseorang yang bisa membantu mereka mengisi waktu mereka. Itu adalah alasan yang mereka katakan kepadaku. Sungguh ironis memang, saat ini banyak orang lebih memikirkan bagaimana bisa mendapatkan pacar daripada berpikir bagaimana menjalani hidup. Pacaran memang tidak salah, namun yang salah adalah apa yang menjadi alasan untuk mereka berpacaran.
Berdasarkan analisis ku selama mendengarkan curhatan-curhatan teman-temanku. 70% dari mereka bermasalah dengan pacar mereka karena ketidakpuasan mereka terhadap sikap sang pacar. Seperti sikap ketidakpuasan pelanggan kepada pelayan restoran yang tidak bisa memenuhi keinginan pelanggannya. Dan itu terjadi karena kesalahan persepsi mereka terhadap maksud dari pacaran itu. Mereka yang memiliki persepsi bahwa pacaran itu harus selalu mendapatkan perhatian dari sang pacar, sang pacar harus selalu stand by saat pacarnya membutuhkan, menganggap bahwa pacar mereka hanyalah milik mereka seorang tak ada orang lain yang boleh dekat bahkan ketika sang pacar berbicara empat mata dengan lawan jenis atau sekedar sms-an atau mengangkat telepon dari orang lainpun mereka bisa marah dan tidak terima. Tidak memberi kabar selama 1 jam saja langsung menjadi masalah, tidak bisa datang pada saat pacar butuh teman atau sekedar ingin jalan-jalan langsung perang dingin, telat balas sms atau telat angkat telpon marah.  Salah bicara padahal hanya bercanda langsung berkoar pedas seperti pada orang yang selalu mengejek dan menjelek-jelekkan namanya setiap hari.
Yang mereka butuhkan dari pacar sebetulnya hanya satu, yaitu sebagai tempat untuk mengisi waktu mereka. Ketika sang pacar tidak mampu menemani pacarnya ketika dia kebingungan menghabiskan waktu, anda pasti sudah dapat membayangkan apa yang terjadi. Dan itulah keironisan yang sedang booming saat ini. Semuanya terjadi karena kebiasaan mereka yang salah, dengan memanfaatkan orang lain untuk menyenangkan diri sendiri, saya berani berspekulasi 70% dari orang yang pacaran ketika mereka memikirkan ingin pacaran yang mereka pikirkan adalah ingin membuat dirinya bahagia, jarang dari mereka yang menjawab untuk kebahagiaan saya dengan pacar saya. Hampir semua dalam hati kecil mereka menjawab karena saya ingin blablablablabla… itu tandanya anda telah merampas kebebasan orang lain untuk kesenangan anda sendiri.
Memang tidak semua mereka yang memiliki pacar akan berlaku seperti itu, banyak dari mereka yang sampai sekarang telah menikah dengan pacar mereka. banyak dari mereka yang memang mampu saling menjaga dan saling mengerti, tidak termakan keegoisan diri sendiri, tidak memikirkan diri sendiri mereka lebih berorientasi pada kebahagiaan pasangannya daripada dirinya sehingga pada akhirnya mereka akan saling membahagiakan dalam keadaan apapun itu.
Menurut saya pacaran itu adalah sebuah media untuk kita belajar berjalan dengan orang lain yang sama-sama belum bisa berjalan, bukan sebagai tempat untuk mencari kebahagiaan. Karena ketika kita mampu untuk belajar berjalan dengan orang lain yang belum bisa berjalan kita akan saling menguatkan karena sama-sama mengerti dengan kekurangan kita yang sama-sama tidak bisa berjalan. Jika kita kelelahan dia bersedia untuk menunggu kita hingga kita mampu untuk berdiri kembali, jika kita terjatuh dia bersedia untuk membangunkan kita dan membersihkan bagian tubuh kita yang kotor,ketika dia terjatuh kitapun bersedia membangunkan dan membersihkan bagian tubuh dia yang kotor, dia lelah kita bersedia menunggu hingga dia mampu berdiri kembali. Ketika salah satu diantara mereka tak mampu lagi berjalan salah satunya lagi dengan ikhlas dan tanpa diminta akan berusaha mengobati dan menopang  tubuhnya. Pacaran juga merupakan media untuk kita belajar mengendalikan emosi, melawan kekurangan kita, melatih keikhlasan, melatih kesabaran dan membuat kita terbiasa dengan kesedihan dan kebahagiaan.
Sayapun banyak belajar dari teman-teman saya yang pernah memiliki pacar tentang bagaimana mengkondisikan perasaan dan emosi kita untuk mencapai tujuan kita berdua. Yaitu menikah. Namun bagi saya berpacaran adalah hal yang sangat sacral dan tidak boleh dilaksanakan secara sembarangan. Saya hanya akan berpacaran dengan orang yang telah saya kenal baik watak dan perilakunya, tanggung jawab saya sebagai laki-laki mengharuskan saya berpikiran seperti itu. Mengikat seseorang dengan ikatan pacar adalah seperti mengajak anak kecil untuk bermain di tempat yang jauh. Orang tua dan orang terdekat mereka mempercayakan dia untuk kita jaga dan dia mempercayakan saya untuk menjaga dirinya.
Sekali lagi, tanyakan pada diri anda, pada hati keil anda. Untuk apa anda berpacaran untuk apa anda berikatan dengan seseorang, jika jawaban hati kecil adalah sebuah alasan maka saya sarankan anda untuk segera mencari jawaban atas pertanyaan itu, bukan alasannya.
“Benarkanlah persepsi anda tentang suatu hal sebelum anda mengambil sikap terhadap hal tersebut, karena persepsi yang salah akan menyebabkan cara bersikap yang salah dalam menjalani suatu hal.”

-G.P.P, sukamaju 160512-

Senin, 14 Mei 2012

takdir dan kehidupan


Takdir…
 Anda pasti pernah atau bahkan sering mendengar kata ‘takdir’. Anda tau apa itu takdir? Ya, takdir adalah segala sesuatu yang terjadi pada kita yang telah ditetapkan oleh tuhan. Baik itu sesuatu yang menyenangkan ataupun menyedihkan bagi kita, namun jika sudah takdir tuhan maka pasti sesuatu tersebut menimpa diri kita. Namun kebanyakan manusia kurang tepat dalam menyikapi takdir tersebut, banyak diantara mereka yang menganggap segala sesuatu adalah takdir yang telah ditentukan. Memang benar semua yang terjadi pada kita telah direncanakan oleh tuhan, lantas apakah anda benar-benar mengetahui apa yang tuhan rencanakan kepada hidup anda?
Ada dua macam takdir manusia, yang pertama takdir yang bisa kita rubah dan takdir yang tidak bisa kita rubah. Seorang perem[uan diciptakan di dunia ini sebagai seorang ibu yang mengandung dan melahirkan seorang anak, itu adalah takdir tuhan yang tidak bisa dirubah oleh siapapun dan apapun. Seorang anak pemulung dapat belajar di UNiversitas terkenal dan ternama di Indonesia, itu adalah takdir yang bisa dirubah sesuai dengan keinginan dan keteguhan anaka tersebut dalam memperjuangkan takdirnya. Tentu gambaran masing-masing orang tentang takdir berbeda-beda. Tergantung keimanan dan pengetahuan mereka tentang hidup.
Banyak saya temukan diantara teman-teman saya yang dengan mudahnya menganggap segala sesuatu sudah ditakdirkan, sehingga mereka tidak memiliki keinginan yang besar untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Mereka menganggap kegagalan yang mereka alami adalah takdir tuhan, memang benar namun kembali kepada pertanyaan yang saya tanyakan pada awal paragraph, apakah kita benar-benar tahu rencana tuhan mengenai hidup kita? Saya yakin jawabannya pasti tidak, tidak ada seorangpun didunia ini yang mengetahui rencana tuhan untuk setiap mahluknya. Namun satu yang saya yakini tuhan merencanakan kepada setiap manusia agar mereka dapat belajar arti berusaha, bersabar dan bertawakal. Berusaha dengan sekuat tenaga, sampai kaki kita benar-benar tidak bisa berjalan lagi sekalipun kita harus tetap berusaha. Ketika usaha kita tidak menghasilkan apa yang kita harapkan kita akan belajar sabar. Sabar untuk tetap terus berusaha dan menjalani hidup dengan penuh rasa syukur. Kunci dalam hidup ini adalah kesabaran. Ketika kita dibekali dengan kesabaran yang luar biasa, maka kita akan menjadi orang yang paling damai. Sabar juga merupakan usaha, usaha untuk menguasai diri kita dalam mengejar tujuan kita. Terakhir adalah tawakal, menyerahkan dengan sepenuhnya hasil dari usaha kita kepada tuhan. Percaya bahwa tuhan sudah mempunyai rencana dibalik kesedihan kita, kesenangan kita, penderitaan kita dan kesenangan kita. Semua hanya berasal dari tuhan semata, kita hanya mampu berusaha sebaik-baiknya. 

pengalaman hidup


Setelah pada artikel sebelumnya saya menjelaskan bagaimana memilih tujuan hidup yang baik sesuai dengan persepsi dan kepercayaan kita. Kali ini saya akan bercerita mengenai tujuan-tujuan hidup saya dalam hidup ini dan lika-liku perjalanan dalam mengejar dan menentukan tujuan saya. Semoga anda sudah menemukan tujuan hidup anda yang paling besar dan paling baik untuk diri anda dan orang-orang yang anda sayangi.
Sebelumnya perkenalkan dulu nama saya Galih Permana Putra, anda bisa memanggil saya dengan nama Galih, Aih, Mbe, Kaming, Sutet, atau PePe. Mungkin anda agak sedikit aneh dengan nama-nama panggilan saya. Namun nama-nama itulah yang paling sering teman-teman saya gunakan untuk memanggil saya dan semua nama itu memiliki sejarah masing-masing sehingga saya tidak menghilangkan satupun nama panggilan saya karena saya ingin selalu mengenang dan tidak melupakan apa yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya. Saya seorang anak yatim piatu, ayah saya meninggal ketika saya masih berumur sekitar 5-6 tahun dan ibu saya meninggal ketika saya SMP kelas 1. Dan sekarang saya berumur 21 tahun, kuliah di salah satu PTS di Tasikmalaya. Di dunia ini saya hidup bersama 2 orang adik laki-laki dan 2 orang kakak perempuan dan nenek saya tercinta yang telah mengayomi dan membimbing saya selama ini.
Saya memiliki cita-cita pertama saya pada saat SD kelas 1, itupun karena setiap murid di kelas saya ditanya oleh guru kelas mengenai cita-cita mereka bukan karena keinginan dan hasil pemikiran saya, dan saya menjawab ingin menjadi seorang guru. Kenapa saya menjawab seperti itu? Entahlah, kata “guru” itulah yang pertama kali saya ingat. Mungkin karena kedua orang tua saya seorang guru sehingga saya akrab dengan kata “guru” tersebut. Namun seperti anak-anak SD pada umumnya cita-cita itu tak bertahan lama kemudian saya berganti cita-cita ingin menjadi seorang polisi karena seorang keluarga saya melihat postur tubuh saya sewaktu kecil dulu terlihat besar dan kekar, walaupun sekarang lebih seperti ‘ayam boyler’, besar tapi lembek. *Hehe :D*. Itulah cita-cita kedua saya dan cita-cita pertama yang murni hasil dari pemikiran dan keinginan pribadi saya.
Waktu berlalu dari SD hingga SMA, setelah berjuang mengatasi rasa kehilangan karena kematian ayah dan ibu saya dengan berbagai cara dari mulai kenakalan-kenakalan remaja saat itu seperti minum-minuman keras, nongkrong sana nongkrong sini demi mencari pengganti rasa kesepian dan kesedihan saya. Masa-masa SD-SMA kelas 2 saya lewati tanpa ada sesuatu yang berarti. Sampai saya menginjak kelas 2 SMA tepatnya pada semester 2. Saya dididik oleh beberapa orang guru yang luar biasa, mengajarkan kepada murid-muridnya mengenai kehidupan, mengenai pencarian jati diri, mengenai ketabahan, mengenai kegigihan, mengenai tanggung jawab dan mengenai cita-cita. Ada satu kejadian yang saya masih ingat persis sampai sekarang, yaitu ketika saya di remedial ulangan mata pelajaran Biologi selama 5 kali dan tidak pernah bisa lulus. Namun itulah yang membuat saya sadar setelah mendapatkan ceramah dari guru Biologi saya saat itu Ibu Hj. Iis namanya. Dari sanalah saya mulai berpikir tanggung jawab dan menerima resiko dari apapun yang saya lakukan. Kepala saya secara otomatis langsung terhubung dengan cepat seperti koneksi Wi-Fi di Gedung DPRD yang sering saya gunakan untuk browsing dan menimbulkan beberapa karakter pada layar pikiran saya. Kenapa  saya hidup? Untuk apa saya hidup? Kenapa saya sekolah? Kenapa saya begini? Kenapa saya begitu? Dan pertanyaan-pertanyaan lain mengenai kehidupan saya. Jawaban yang saya temukan saat itu hanya dapat menjawab dua pertanyaan saja yaitu saya hidup karena saya dilahirkan oleh Allah melalui rahim ibu saya, dan saya sekolah karena ingin mendapatkan ilmu yang bisa saya gunakan untuk mendapatkan pekerjaan saat nanti saya sudah dewasa. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan lain tidak bisa saya jawab.
Ketika kelulusan SMA dan sebelum mendaftar ke perguruan tinggi, pada saat itulah saya mulai berpikir mengenai apa yang saya inginkan dalam hidup ini khususnya dalam keprofesian yang ingin saya miliki nanti. Saat itu saya teringat dengan cita-cita saya sewaktu SD yaitu menjadi guru dan saat ini saya memiliki mata pelajaran yang sangat saya senangi yaitu Biologi. Setelah berdiskusi dengan kakak-kakak saya dan mereka memberikan kebebasan kepada saya untuk memilih  jurusan dalam jenjang pendidikan saya yang berikutnya yaitu ke perguruan tinggi, saya memutuskan untuk mengikuti tes masuk di tempat saya kuliah sekarang dengan mengambil pilihan jurusan pertama pada FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Biologi dan pilihan kedua pada FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat). Minat saya dalam pelajaran biologi memang cukup besar saat itu. Namun Allah berkehendak lain, saya gagal masuk ke jurusan Biologi dan saya masuk ke Fakultas Kesehatan Masyarakat, tak apalah dalam ilmu kesehatan juga tetap ada pelajaran biologi. Sedikit menghibur hati saya.
Setelah satu semester saya masuk kuliah, saya mengikuti OTC (Organitation Training Centre) yang diadakan oleh BEM fakultas saya. Dan menjadi anggota OR (Open Recruitment) selama ± 1 tahun. Pada saat menjadi anggota OR inilah kehidupan saya benar-benar berubah 180˚. Sangat amat banyak pelajaran mengenai kehidupan yang saya dapat selama menjadi OR. Menjadi anggota OR selama satu tahun mampu membuat saya mengenali diri saya, pertanyaan-pertanyaan saya sewaktu SMA dulu mengenai kehidupan saya terjawab semua. Saya berubah menjadi seseorang yang dewasa, bertanggung jawab dan bisa bekerja sama dengan orang lain, tegas, dan rajin (menurut teman-teman saya). Saya juga bisa mengenali diri saya yang keras kepala, kekanak-kanakan pada saat-saat tertentu, plin-plan, kurang bisa mengatur keuangan dan waktu dan lain sebagainya. Semua itu saya dapatkan setelah saya menjalani kehidupan di organisasi. ada satu kalimat yang sampai sekarang masih membuat saya heran.
“Diri kita saat ini, hari ini adalah hasil dari apa yang kita dapatkan pada masa lalu dan hari kemarin dan yang kita dapatkan itu berasal dari pelajaran yang kita sadari penerimaanya dan tidak kita sadari penerimaannya selama menjalani hidup”.
Saya sama sekali tidak berpikir bahwa semua yang terjadi pada saya sewaktu kecil sampai saat itu membantu saya membentuk karakter pribadi saya. Karena selama ini saya hanya menjalani hidup mengikuti apa yang telah Allah takdirkan tanpa memikirkan manfaatnya pada diri saya. Saya bersyukur kepada Allah atas apa yang telah Dia berikan pada hidup saya.
Sejak saat itu saya mulai menyusun cita-cita saya dikemudian hari beserta dengan batas-batas dan indicator yang harus saya capai sebagai tanda kesuksesan saya dalam mengejar cita-cita saya. Semuanya tergambar jelas dalam benak saya, apa saja yang akan saya lakukan selama kuliah dan apa yang saya lakukan pada saat setelah lulus kuliah demi mencapai cita-cita yang telah saya tanam sendiri dalam batin saya. Cita-cita tak perlu dikatakan atau diungkapkan pada orang lain, jika seseorang bercita-cita mendapatkan sesuatu dan memiliki keinginan untuk memperjuangkan cita-citanya itu, akan terlihat dengan sendirinya ketika kita bersikap dan mengambil tindakan dalam menjalalni kehidupan ini. Karena orang yang memiliki keinginan untuk memperjuangkan cita-citanya pasti memiliki suatu aturan tak tertulis dalam memilih apa yang akan mereka lakukan. Dan ingat jangan pernah menyerah dan jangan pernah kalah dengan semua keterbatasan yang kita miliki di dunia ini. Putus asa hanya berlaku untuk orang-orang ‘bodoh’. Tak ada yang tidak mungkin didunia ini selama kita mau berusaha. Dan ketika kaki kita tak mampu lagi melangkah, mulut kita tak mampu lagi berucap, mata kita tak mampu lagi menatap api semangat, telinga kita tak mampu lagi mendengar teriakan semangat, hanya satu yang bisa kita lakukan “bertawakalah !!” percayakan semua pada Allah. Dzat yang telah menciptakan kita dengan takdir yang telah Dia tetapkan. Berdo’a dan berusahalah sampai batas terakhir kemampuan kita. Semua yang kita usahakan Insyaallah akan mendapat hasil yang sesuai dengan usaha yang kita lakukan.

tujuan hidup


Semua yang kita lakukan dalam hidup ini pasti mempunyai tujuan baik itu hal-hal yang kecil maupun hal yang besar. Selalu ada alasan dibalik cara kita dalam bersikap. Misalnya saja, seorang anak yang berumur 5 bulan akan menangis bila dia sedang menginginkan satu hal seperti ingin di gendong ibunya atau apapun yang berhubungan dengan hal yang bias membuat dia senang namun karena anak kecil itu belum bisa bicara maka cara penyampaian keinginannya ia sampaikan lewat tangisan. Seorang anak kecil yang belum bisa bicarapun sudah dapat melakukan sesuatu untuk mendapatkan tujuan yang diinginkannya.
Itu salah satu contoh yang sangat kecil namun mungkin ada beberapa dari anda belum memahami hal tersebut. Sekarang kita konversikan ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Adakah hal-hal yang anda lakukan tanpa mempunyai tujuan? Apakah hal-hal yang kita pikirkan itu bukan untuk memenuhi kebutuhan kita? Saya rasa hampir 100% dari apa yang kita lakukan memiliki tujuan tertentu apapun itu tujuannya.
Setiap manusia yang hidup dibumi secara alami memiliki sesuatu yang disebut dengan hasrat untuk mendapatkan sesuatu yang disebut dengan tujuan atau cita-cita atau maksud atau harapan atau apapun yang menggambarkan suatu keinginan. Anda suka makan? Untuk apa anda makan? Anda suka jajan? Untuk apa anda jajan? Anda membuka pintu rumah? Untuk apa anda membuka pintu rumah? Anda menonton televisi? Untuk apa anda menonton televisi?
Dari pertanyaan-pertanyaan diatas apakah ada jawaban anda yang tidak dilandaskan atas keinginan yang tidak lain adalah inti dari sebuah tujuan. Pertanyaan itu berasal dari hal-hal kecil yang telah menjadi rutinitas anda dalam kehidupan. Sekarang kita beranjak ke hal-hal yang lebih besar. Anda bekerja? Untuk apa anda bekerja? Untuk apa anda bekerja disana? Anda sekolah? Untuk apa anda sekolah? Untuk apa anda sekolah disana? Anda menikah? Untuk apa anda menikah? Untuk apa anda menganut suatu agama? 
Apakah ada jawaban anda dari pertanyaan-pertanyaan barusan yang tidak dilandaskan suatu keinginan?
Jika ya, maka dapat saya katakan anda adalah salah satu dari beribu miliar manusia yang benar-benar hidup. Namun kesimpulan saya itu hanya berlaku bagi orang-orang yang memiliki tujuan hidup yang luhur, tidak mementingkan kepentingan pribadi dan tidak didasarkan atas hasrat yang berlebihan.
Kenapa saya mengatakan hal itu? Karena sebetulnya dalam hidup ada satu syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh tiap orang yaitu memiliki tujuan atau cita-cita. Untuk apa anda hidup jika anda tidak memiliki cita-cita? Anda hanya akan menjalani kehidupan kosong yang tidak memiliki arti sama sekali.
Tujuan hidup seseorang tidak selalu merupakan tujuan yang baik. Adakalanya seseorang memiliki tujuan yang buruk, misalnya anda bekerja sebagai anggota dewan untuk mendapatkan uang dari hasil korupsi atau ingin memiliki kendaraan bermotor hanya demi dipandang orang yang mampu tanpa melihat kondisi ekonomi anda atau keluarga anda. Banyak hal yang harus kita ketahui sebelum menentukan tujuan hidup anda. Jika salah menentukan tujuan maka anda akan salah juga dalam melakukan suatu hal dan tentu saja hasil yang salah walaupun tujuan anda tercapai.
Anda semua pasti sudah memahami apa yang saya maksudkan dalam salah-benarnya suatu tujuan. Penilaian salah-benar suatu tujuan tergantung dari persepsi seseorang mengenai kehidupan. Jika anda seorang yang menganggap yang berkuasa dalam kehidupan itu adalah uang, uang dan uang tentu anda akan membenarkan ketika anda bertujuan memiliki uang yang banyak tanpa melihat halal-haramnya uang tersebut sehingga ketika anda merampas hak orang lain anda tidak merasa bersalah karena tujuan anda hanya mendapatkan uang. Berbeda jika anda seorang yang berpersepsi bahwa hidup bukan hanya untuk uang tapi juga untuk mendapatkan ridho Allah (jika anda beragama islam), walaupun pada akhirnya tujuan anda sama yaitu mendapatkan banyak uang namun cara dalam mewujudkan cita-cita tersebut dalam jalur yang sesuai dengan aturan-aturan agama yang anda anut.
Jadi sebelum anda menentukan apa tujuan hidup anda matangkan dulu persepsi anda mengenai hidup ini, analisis terlebih dulu apakah persepsi kita selama ini mengenai hidup itu sudah berada pada jalur yang benar atau belum. Pelajari norma-norma yang ada di masyarakat kita, pelajari agama anda dengan lebih dalam lagi karena dapat mencapai tujuan hidup anda saja itu tidak cukup, namun harus disertai dengan proses dan cara yang benar dalam mengejar tujuan hidup anda agar anda tidak menjadi orang yang salah langkah.