Selasa, 01 Oktober 2013

[Curhat] Menghadapi Langkah Terakhir Mendapat Gelar Sarjana

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Karena telah berbaik hati memperbolehkan saya menarik nafas hingga saat ini, dengan gratis tentunya. Hari ini, adalah hari dimana saya merampungkan tugas akhir saya menjadi mahasiswa yaitu menyusun skripsi. 

Ya, tepat beberapa menit yang lalu saya telah menyelesaikan 103 halaman microsoft word yang saya tulis sambil duduk dan ada juga yang sambil berbaring.

Hampir 1 tahun saya perlukan untuk menyelesaikan  karya terbesar saya ini dalam hal tulis menulis. Mulai dari bulan November 2012 ketika saya mendapat kabar dari salah satu dosen terbaik di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi bahwa beliau menjadi pembimbing 1 saya. Hingga saat ini, detik ini 01 Oktober 2013, dan mungkin masih akan berlanjut untuk beberapa hari kedepan.

Perjalanan menyusun skripsi yang sungguh tidak mudah dan memang akan selalu tidak mudah untuk siapa saja yang telah, sedang atau akan menyusun skripsi. Karena bukan skripsi namanya kalau mudah untuk dikerjakan.

Banyak hal yang membuat proses skripsi ini menjadi begitu panjang, mulai dari kegiatan akademik yang sebenarnya tidak terlalu mengganggu, tapi karena si malas jadilah faktor ini disebut menganggu. Selanjutnya ada kegiatan menemukan hobi baru dalam seni mengolah cahaya yang juga sama tidak mengganggunya dengan kegiatan akademik, dan kembali karena si malas jadilah ini mengganggu. Faktor teknis, dimana si netbook “maroon” saya sempat koleps akibat terlalu banyak di cekoki virus, lagi-lagi faktor teknis ini menjadi pengganggu karena si malas, yang membuat saya enggan untuk beranjak ke warnet atau rental komputer, padahal ada banyak sekali warnet di sekitar tempat saya tinggal. Faktor lain adalah cuaca, karena penelitian saya ini membahas tentang pencemaran lingkungan hingga harus menunggu musim hujan berhenti untuk melakukan penelitian, dan ketika musim hujan berhenti kembali si malas menghampiri dan kembali sukses memperlambat skripsi saya untuk bisa selesai.  Masih banyak sebetulnya gangguan yang ada ketika menyusun skripsi ini. Tapi mungkin tidak akan muat untuk dijelaskan, dan mungkin saya akan kehabisan ide untuk menjelaskan bagaimana gangguan itu bisa disebut mengganggu. Tapi karena saya baik, akan saya berikan bocoran bahwa yang selama ini mengganggu perjalanan skripsi saya itu adalalah si MALAS !!! Ya, si malas lah yang selama hampir satu tahun ini membuat semua gangguan itu menjadi benar-benar mengganggu. Arrrrgggghhhhhh !!!!

Untungnya saya bisa segera sadar dan mengusir si malas jauh-jauh dari diri saya. Hingga akhirnya, tersusunlah sebuah mahakarya dari mahasiswa yang mahabodoh, maha tidak tahu apa-apa, maha tidak bisa apa-apa.

Kenapa bisa selesai? Karena ada keluarga, kerabat, sahabat, teman, pembimbing, dosen, supir angkot, pedagang sayur dan tetangga yang memberikan saya motivasi untuk mau belajar, mau mencari tahu segala hal dan menyusun skripsi ini tentunya dengan cara mereka masing-masing. Ya, karena merekalah sekarang saya bisa sampai pada kenyataan bahwa saya harus bersiap menghadapi ujian terakhir yang sebetulnya tidak ada ujian terakhir untuk manusia karena selama masih hidup akan selalu ada ujian yang datang menghadang.

Yah, untuk terakhir kalinya saya ucapkan jika sebentar lagi saya akan menghadapi ujian terakhir di masa kuliah saya. Yaitu SIDANG SKRIPSI…  Tanpa mengurangi rasa hormat saya, saya mohon do’a dan dukungan dari teman-teman kompasiana, yang kebetulan membaca tulisan saya ini. Agar sidang skripsi saya ini berjalan dengan lancar, do’akan agar saya tidak kembali tergoda oleh rayuan MALAS yang begitu rajin mendatangi pintu rumah, do’akan agar saya mampu mempertanggungjawabkan apa yang saya tulis dalam mahakarya saya dan terakhir do’akan agar saya selalu diberi kesehatan.

Ini yang terakhir, paling terakhir. Saya do’akan semoga kawan-kawan yang sedang menyusun skripsi diberikan kemudahan dan dijauhkan dari si MALAS yang bisa mengakibatkan gangguan dan keterlembatan dalam penyelesaian skripsi. Kawan-kawan yang akan menyusun skripsi saya hanya menyampaikan apa yang dosen pembimbing saya sampaikan jika  “DALAM MENYUSUN SKRIPSI ITU TIDAK ADA MAHASISWA BODOH DAN MAHASISWA PINTAR, YANG ADA HANYA MAHASISWA RAJIN DAN MAHASISWA MALAS”

Sekian curahan hati saya, semoga berkenan untuk membuang hal-hal yang tidak baik dan menerima yang baik. Terima kasih atas do’a dan dukungannya.

“JEJAK, KERINGAT, AIR MATA, LUKA, ASA, HARAPAN SERTA DO’A AKAN MENJADI SAKSI BAHWA KITA LAYAK MERAIH MIMPI”

Selamat menjalani hari-hari anda. 

Kamis, 13 Juni 2013

Allahuma Yassir Wala Tu'assir

Ketika jantung berdegup tak menentu. Ketika kekhawatiran menghantui hari-hari. Ketika hidup terasa jauh lebih sulit. Ketika tujuan dan cita terasa semakin jauh. Ketika senyum tak dapat lagi tersungging. Ketika tawa menjadi membeku bisu. Ketika canda terasa hambar tak membantu. Ketika lelah terasa di luar nalar. ketika ketakutan begitu merajarela. Ketika ketidakpastian tiba-tiba menjadi kawan. Ketika kegagalan terlihat di ujung mata. Ketika daya tak lagi berupaya. Ketika diri tak sanggup lagi berlari, dan ketika sekeliling terlihat menjauh pergi. Tapi, yakinlah Alloh tetap disisi. Mendengar setiap jeritan hati. Melihat setiap tetes keringat yang menetes, dan Mempertimbangkan setiap usaha.
Maka.. Berdoa sebisa-bisa yang kamu bisa. Menjerit, sekeras yang kamu punya melalui lantunan doa. Berusaha, 1000 kali lipat lebih dari apa yang kamu usahakan sekarang. Bertawakal, pasrahkan kepada Dia yang mengatur kehidupan semesta. "Allahuma yassir wa laa tu'assir. Ya Allah, mudahkanlah jangan dipersulit"

Jangan Biarkan “Kebiasaan” Itu Mengubah Nurani"


Cileunyi. Siang hari yang mendung.
Di jalan sempit berbatu di tepian persawahan yang tidak lagi menghampar, mataku menatap sebuah penggalan hidup.
Seorang pria menjelang tua berdiri terrtegun. Pandangannya kosong. Wajahnya diliputi kekhawatiran – sedikit menunjukan rona menangis – pasrah.Tangannya tetap tidak lepas dari gerobak yang rasanya dari tadi didorongnya. Entah dari mana. Gerobak besi berdinding seng. Kosong. Tanpa barang-barang jualan atau barang-barang belanjaan. Hanya segelintir sampah plastik bekas air minum kemasan tergeletak di dalamnya.
Ternyata gerobak itu tidak kosong.Tiga makhluk Allah mungil ternyata duduk di dalamnya. Semua dalam diam. Tanpa ocehan. Tanpa keceriaan. Hanya wajah polosnya masing-masing.
1371044851666362888Yang besar memunggungi ayahnya. Cowok. Harusnya duduk di kelas tiga atau empat SD. Matanya selalu menatap ke depan. Dan di depannya, duduk adiknya - mungkin. Wajahnya juga polos. Dengan duduk bersila putri, dia bersender ke dinding gerobak sebelah kiri. Umurnya ditaksir seusia anak SD kelas satu atau dua. Dan di atas pangkuan anak sekecil itu, tergolek makhluk lainnya: mungil balita. Tertidur pulas. Kepalanya bersandar di dada dan ketiak anak kecil yang sangat mungkin adalah kakaknya. Tidurnya nyenyak, senyenyak seorang bayi tidur di pangkuan ibunya. Tidurnya nyenyak, karena anak kecil itu pun memangku adiknya dengan cara memangku seorang dewasa.
Trenyuh. Pemandangan yang memberi banyak warna. Banyak makna. Kesedihan. Kemiskinan, Keprihatinan. Kepolosan. Ketegaran atau kesabaran atau bahkan kepasrahan.
“Aaargh…..itu hanya sandiwara” – sebuah suara tanpa kata mengiang di telinga.
“Itu tipuan saja. Seringkali kau lihat di Bintaro Jaya. Apalagi saat puasa. Itu sandiwara” – suara itu muncul lagi,
“Lihat di sudut sana. Ada orang dewasa. Maen hape, merokok pula. Mereka memanfaatkan rasa iba”.
Langkahku mendekati gerobak itu terhenti.
“Tapi…..”. Lalu kumantapkan langkahku mendekati gerobak itu.
Saat itu, sebuah suara lembut yang pernah saya dengar dulu, kembali terdengar di telingaku, di hatiku, di batinku.
“Tugas kita berbuat baik. Tugas kita bersedekah. Jika mau bersedekah, SEDEKAHLAH. Jangan biarkan pikiran yang terlalu jauh mencegahmu untuk bersedekah. Janganlah kata-kata “mungkin saja dia…”, “bisa jadi dia…” menahanmu bersedekah. Bersedekahlah. Ikhlaslah. Dan biarkanlah Allah yang kemudian “berbicara”.
####****
Kawan. Jangan sampai sebuah peristiwa atau pemandangan yang menjadi biasa mengubah nurani kita

Kuliah Online Muda Mulia : Akibat Salah Jalan

Kejadian ini kira-kira berlangsung sebulan yang lalu. Saat itu Saya dan Mas Arief Faizun berkendara menuju Jakarta untuk mengisi kelas mentoring bisnis The Runners.  Kelas The Runners Jakarta terjadwal rabu malam jam 19.30 sampai dengan jam 22.00. Saya meluncur dari Bandung pukul 14.00, biasanya Kami sampai di tempat pelatihan jam 17.00. Namun kali ini kejadiannya berbeda. Saya terlambat sampai ke tempat acara.  Setelah Kami melalui gerbang Tol Cikarang Utama, Sahabat Saya mendadak membutuhkan toilet. Saya tentu tidak perlu menjelaskan mengapa ia membutuhkannya. Heheheh… akhirnya, Kami pun memutuskan untuk memilih gerbang tol keluar terdekat.  Urusan “hajat” sudah tunai, Kami berniat kembali ke Tol menuju Jakarta. Dengan pedenya Kami menempuh jalan yang kosong, sementara di sisi sebelah kiri Kami, mobil macet berdesak-desakan, Kami memilih jalur yang sepi, wuusshh.. lancar.  Namun setelah Kami kembali ke jalan TOL, betapa terkejutnya Kami, ternyata jalur yang Kami pilih adalah ruas TOL yang menuju ke cikampek, bukan ke Jakarta. Kami salah jalan.. terpaksa Kami harus keluar di gerbang cikarang, untuk kemudian memutar arah kembali menuju Jakarta.  Kami kira, Kami cukup menempuh beberapa menit untuk berputar, karena memang lokasi Kami tidak jauh dari gerbang cikarang, namun ternyata, Kami harus menempuh kemacetan yang luar biasa, total waktu yang dibutuhkan untuk memutar arah ternyata hampir 2 jam. Dan tebak.. Sesampainya di tempat pelatihan, waktu telah menunjukkan jam 20.45. Kami terlambat hampir 4 jam dari jadwal yang semula dijadwalkan.  ***  Saya mulai merenungi kejadian ini. beginilah rasanya salah jalan. ada waktu yang terbuang, ada energi yang terbuang, ada perasaan lelah yang tumpah begitu saja.  Kami berdua harus berjalan menyemut saat memutar arah. Sebuah energi yang benar-benar terbuang untuk sesuatu yang seharusnya tak perlu Kami lewati. Dan dampaknya pada keberjalanan rencana Kami, peserta terbengkalai, untunglah mereka sabar menunggu, Saya benar-benar malu dan meminta maaf kepada mereka, alhamdulillah mereka memahami. Semoga.  ***  Inilah yang Saya ingin bagi kepada sahabat Kuliah Online MudaMulia. Kebanyakan kita merasa bahwa salah jalan adalah perkara yang biasa. Kita merasa bisa kembali dengan cepat. Kita merasa masih banyak waktu yang kita miliki. Terutama kita anak muda, rasanya terlalu dini untuk menjadi orang baik, terlalu dini untuk menjadi sholih, terlalu dini untuk menempuh jalan yang benar. puas-puasin saja dahulu, rasakanlah semua jalan yang salah.. toh masih banyak waktu untuk kembali.  Sahabat, Saya ingin berbicara kedalam hati Anda, salah jalan bukanlah perkara yang menyenangkan. Ketika Anda salah Jalan, ada berbagai konsekuensi negatif yang Anda harus rasakan..  Pertama, Waktu Anda terbuang. Ketika di usia 21 Anda salah jalan, anggap sampai usia 23, maka Anda sudah membuang 2 tahun dalam ketersesatan. Ketika Anda memutuskan untuk kembali, walau jalan taubat itu terbuka, tapi ada sunnatullah yang harus Anda jalani, yaitu.. Anda harus menempuh rute lebih panjang, karena Anda tadinya terlalu jauh dari jalan yang benar.  Kedua, energi Anda terbuang. Perkara tadi Saya berkendara, bensin Saya terbuang. Lalu bagaimana dengan kehidupan Anda, atau kehidupan kita. Ketika kita salah jalan, kita membuang energi kehidupan kita. pasti lelah, Andaipun kita ingin kembali.. kita memerlukan energi yang tidak sedikit.  Ketiga, uang Anda jelas terbuang percuma. Ketika Anda melangsungkan kehidupan, pastilah Anda menghabiskan uang, minimal untuk bertahan hidup. Dan ketika Anda menempuh hidup yang salah, tak jarang uang Anda terbuang pada jalan yang tak seharusnya.  ***  Tulisan ini bukan bermaksud menakut-nakuti  Anda yang akan bertaubat. Jika Anda ingin kembali ke jalan yang benar, kembalilah segera. Justru tulisan ini berniat untuk mempercepat kembalinya Anda  ke jalan yang benar.  Manusia dicipta diatas fithrah, Ia pada dasarnya baik. sehingga Saya meyakini, bahwa hati Anda dapat merasakan, apakah kehidupan Anda sedang berada di jalan yang benar atau tidak.  Bagi sahabat yang telah menyadari, bahwa dirinya telah mengambil jalan yang salah, segeralah mencari jalan memutar, kembalilah ke jalan yang benar. putar arah. Semoga bermanfaat. []   
Rendy Saputra 
Self Developer    
Ngobrol bareng Kang Rendy dengan mention @kangrendy di twitter  Jika Sahabat merasakan kebermanfaatan dari Kuliah Online MudaMulia ini, dukung layanan ini dengan meneruskan artikel ini ke sahabat Anda yang Anda kasihi. Terima Kasih.

Kamis, 30 Mei 2013

Memungkinkan Apapun yang Tidak Mungkin (Edisi Skripsi)

"Bos, besok hari Rabu kita UP."
"UP? Rabu? Ngedadak pisaaaannnnn. -,-"
Seperti itulah percakapan saya dan teman saya yang terbentuk dalam satu tim penelitian. Saya memang selama satu minggu setelah presentasi magang menghilang dari peredaran dari yang namanya kampus, tapi rupanya teman satu tim saya ini tidak mengikuti jejak saya untuk menghilang dari peredaran. Dan akibatnya adalah UP dadakan.
Tanpa banyak cingcong, saya pun langsung membujuk skripsi saya agar mau berdamai setelah satu bulan setengah saya tinggalkan. Kurang bersahabat memang awalnya karena terlalu lama di tinggalkan dan membuat saya lupa konsep penelitiannya. Tapi bukan saya namanya jika tidak bisa menyelesaikan. Dengan beberapa hari PDKT akhirnya saya sepakat untuk mengganti judul penelitian, hanya merubah redaksinya saja sebetulnya intinya tetap itu-itu sajah. Dengan beberapa kali bimbingan saya pun siap UP, sebenarnya disiap-siapkan untuk UP. Tapi akhirnya UP di undur jadi hari Senin tanggal 27 Mei, menunggu waktu saya baca-baca lagi skripsi saya dan merasa agak ganjil dengan judul skripsi saya, dan akhirnya ganti judul lagi. Salah deng, lebih tepatnya ganti redaksi judul, bimbingan lagi dengan sedikit revisi. Alhamdulillah.
Saya merasa semakin yakin saya siap untuk UP, draft presentasi telah saya susun, pembuatan slide cukup maksimal, untuk pemahaman isi, yah rasanya tidak perlu diperdalam lagi cukup baca selewat dua lewat juga bisa. Karena memang konsep penelitian saya yang cukup sederhana.
Hari Senin, tanggal 27 Mei 2013 pukul 19.32 WIB saya telah stanby di parkiran kampus, berbekal roko dan perut lapar saya membaca ulang materi presentasi saya. Mulai datang ragu dalam pikiran saya, karena ternyata banyak sekali teori yang saya tidak tahu dalam penelitian saya ini. Tapi karena berdasarkan pengalaman saya selama kuliah, terhitung tidak pernah gagal dalam presentasi. Jadi saya yakin akan bisa menjawab pertanyaan teman-teman dan dosen pembimbing saya.
Pukul 08.15 dosen pembimbing dua saya memanggil dan bilang untuk segera mempersiapkan.
Teman satu tim saya sudah siap dengan pakaian hitam putihnya, saya juga sama, namun bedanya dia tampak lebih menguasai materi presentasi. Keraguan datang lagi. Tapi segera hilang.
"Galih, silakan disiapkan bahan presentasinya"
"Iya bu.."
Notebook, hardcopy proposal dan konsumsi saya bagikan kepada pembimbing dan peserta. Slide saya buka, Bissmillahirahmannirrahiim. Presentasi saya pun dimulai. Alhamdulillah lancar walaupun agak pabuliwet gegara ragu-ragu.
Pertanyaan dari peserta bisa saya jawab dengan cukup baik. Alhamdulillah. Giliran tanggapan dari pembimbing.
Pertama pembimbing dua memberikan sedikit revisi untuk saya, ya sangat amat sedikit. Tanpa sanggahan, tanpa pertanyaan. Alhamdulillah.
Pembimbing satu saya mulai buka suara, dimulai dengan sedikit pujian. Tapi kemudian? entahlah saya hanya bisa diam, mengangguk, dan berkata "maaf pak, saya tidak tahu untuk hal itu." begitu berulang kali. Ya, saya telah habis di preteli dengan pertanyaan-pertanyaan seputar konsep penelitian, apa yang saya harapkan dan apa yang saya lakukan dalam penelitian ini. Padahal harusnya dengan saya menganggap konsep penelitian ini sederhana saya bis menjawab pertanyaan-pertanyaan beliau. Tapi saya gagal dan tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan beliau. Air muka saya mulai berubah, tangan saya sedikit gemetar dan bibir saya mulai kaku untuk melakukan pembelaan.
Sakit hatikah? iya.
Ngenes? iya.
Ngedrop? iya.
Stress? pasti.
sakit hati, tapi bukan pada dosen pembimbing saya, ngenes, tapi bukan karena dosen saya, ngedrop karena memang lemahnya mental saya, stres karena memang saya kebingungan.
Ya, itulah hasil Ujian Proposal penelitian saya, meskipun masih bisa untuk tersenyum dihadapan teman-teman saya. Tapi dalam hati saya marah. Marah pada diri saya sendiri, kenapa bisa begitu sombong, padahal tidak ada yang bisa disombongkan, kenapa bisa santai padahal banyak yang harus dilakukan ketika mempersiapkan ppresentasi, kenapa sampai tidak bisa mencerna maksud dari dosen pembimbing saya ketika bimbingan dulu. Arrrggghhhh...
satu hari saya lalui dengan berbagai keluhan akibat kesalahan yang saya lakukan sendiri. Satu hari kemudian, saya mulai bisa tenang, dan menyadari bahwa semua terjadi karena memang kesalahan saya, dan harus segera saya perbaiki.
Ada seseorang yang berkata bahwa jadi orang itu jangan so', sebisa-bisanya kamu tetep harus belajar, sejago-jagonya kamu tetep harus dilatih, setahu-tahunya kamu tetep harus cari tahu, karena selalu ada mungkin dalam setiap tidak mungkin sekalipun.
Ya, itulah kesalahan terbesar saya. Terlalu so', terlalu menganggap mudah. Membuat saya sadar, penelitian itu tidak sesederhana bermain gaple, tidak semudah bermain poker, penelitian itu tidak pernah ada yang mudah. Dan saya telah terlalu sombong untuk mengatakan penelitian saya mudah, sederhana mungkin iya, tapi mudah? mungkin tidak. Karena perlu banyak belajar, perlu banyak pemahaman, perlu banyak pertimbangan untuk melakukan suatu penelitian.
Terima kasih untuk Pak Andik dosen pembimbing satu saya yang telah membuka jalan pikiran saya. Dan sekarang, saya menjadi saya yang baru, saya yang berusaha untuk tidak so', dan selalu memungkinkan apapun yang tidak mungkin.

Skripsi itu menyenangkan kawan, nikmati prosesnya.
Selamat bersenang-senang dengan penelitian kalian. :D

Cerita Magang

Hoollaaaa.. Assalamualaikum kawan, sudah lama tidak menampakkan diri di blog ini.  Saya lihat terakhir saya menampakkan diri itu 2 minggu yang lalu, itupun dengan menggunakan penampakkan orang lain, bukan saya sendiri a.k.a copas. he
Memang akhir-akhir ini saya disibukkan dengan urusan yang sedikit penting. Refreshing. Ya, setelah sejak tanggal 1 April hingga tanggal 5 Mei kemarin disibukkan dengan kegiatan magang di PT. PINDAD Bandung.
Memang tidak terlalu sibuk sih, hanya saja tinggal di Kota Kembang ini membuat saya harus benar-benar membatasi pengeluaran saya. Sehingga harus menahan diri untuk bercengkrama dengan internet.
Ada banyak kegiatan yang harus saya jalani disaat magang, banyak kejadian-kejadian tak terduga juga selama saya tinggal di Kota Kembang ini.
Mulai dari berputar-putar mencari alamat PT. PINDAD dengan pengetahuan yang minim akan jalanan kota bandung, di lempar kesana kemari ketika membuat perizinan untuk magang, tepar gara-gara menghajar jalanan Ciamis-Bandung-Ciamis di hari yang sama, menerjang hujan untuk mengantarkan barang-barang bawaan hingga semua barang basah kuyup Ciamis-Tasik makan waktu 4 Jam broowww yang biasanya cuma 1 jam. Berebut proporsi bimbingan dengan keberangkatan magang, kenalan sama anak-anak absurd dari SMK Sumedang, tetanggaan sama anak-anak SMK Banjar yang sepertinya hobinya ngamen diterminal tiap malam main gitar dan teriak-teriak, kenalan sama pegawai PT.PINDAD, dibuat bingung sama satpam perusahaan yang akrab banget sama yang namanya detector logam lantaran terus-terus bunyi pas ngecek badan saya, padahal yang bikin bunyi Cuma duit 500 rupiah sajah. -,-. diusir satpam gegara kartu nama ketinggalan, masuk tempat produksi 10 menit tapi uda bisa bikin helm safety yg warna putih jadi abu-abu, masuk daerah terlarang perusahaan yang Cuma boleh dilewatin sama panser, boncengan pake sepeda ontel keliling komplek perusahaan yang luasnya 30 hektar lebih, kabur dari tugas pas ujan gede dengan alasan  kosan bocor padahal pengen tidur hehe, ijin pulang kampong pake alasan bimbingan padahal uda abis duit, nyasar ke terminal ledeng, naek angkot 2 jam g turun-turun, bingung nyari pintu masuk BSM, liat sepatu yang harganya diatas satu juta padahal kaya sama ajah sama yang di jual di dadaha 100ribuan, foto-foto di jembatan penyebrangan, dijailin bocah-bocah umur 3 tahun, nimbun gelas kopi ibu kosan nyampe ditagih ke kamar, ngikut mandi di kamar tetangga, kelaperan tengah malem gegara lupa nyetok makanan, masuk sarang penyamun di perempatan lampu merah, hujan-hujanan dari Bandung nyampe Tasik tanpa jas hujan tanpa jaket, salah bawa celana dalem di jemuran kosan, ekspedisi di hutan lindung PT PINDAD, jadi panitia dadakan sunatan masal, liat latihan tanggap darurat kebakaran, naek ambulan, tidur di masjid perusahaan padahal harusnya observasi lapangan, diem-dieman sama temen sekamar, ga sengaja masukin sikat penghuni kamar sebelah ke pembuangan air dan ga afdol klo tinggal sebulan di Bandung tapi ga nginjek yang namanya gasibu dan gedung sate. Well, sepertinya itu bukan magang, tapi liburan di Bandung dengan judul magang. Haha
Tapi, dengan semua hal yang saya lakukan banyak sekali pelajaran yang saya ambil, dari mulai gimana caranya biar dapet tempat ngejemur baju, sampe gimana rasanya jadi pegawai PT. PINDAD yang notabene perusahaan gede.
Begini enaknya nyandang gelar mahasiswa, bisa ngelakuin apa ajah. Dapet ilmu apa ajah. Hehee


dan ini beberapa foto saat saya berada di Bandung.













Jumat, 10 Mei 2013

Do'a Untuk Sebuah Pengampunan

Ya Allah… Inilah hamba-Mu
yang meratap mengharap percikan cinta-Mu
Engkau tahu
betapa jelaga nista terus memburu
dosa dan dosa dan dosa
melagukan sonata hawa nafsu
kelu lidahku untuk mengaku di hadapan-Mu
malu jiwaku untuk menatap-Mu
.
Ya Allah…
Dalam gundah penuh ragu aku menghampiri-Mu
Menatap diriku sendiri yang selalu berpaling
Sesekali dosa-dosa kusesali
Tetapi berjuta kali kuulangi
Betapa daku harus menghadap-Mu
Sedang seluruh syaraf batinku hanyalah kisah kepalsuan
Sungguh tiada yang mendesakku, kecuali sebuah pengampunan-Mu

Semua Demi Anu

Ini tentang Si Anu.
Berdiri tegap di balik anu.
Si Anu di hardik,
dia bilang, Saya ini Anu.

Ini tentang Si Anu.
Mencari anu di tempat anu.
Meng-anu-i anu-anu lain.
Tapi tak takut di-anu-i.

Ini tentang Si Anu.
mudah tergoda anu.sulit disentuh anu.
karena memandang ke-anu-annya

Ini tentang Si Anu.
melakukan anu yang anu sekali.
hingga anu-nya tersinggung.
dan membuka anu-nya.

Si Anu merasa anu-nya di-anu
anu-nya telah di-anu-i Si Anu
Si Anu tak mau anu
Ia tak mau anu-nya di anu-i juga.

Kita ini anu.
kumpulan anu-anu.
yang banyak anu-nya.

Yang anu harusnya anu kepada yang anu.
tetapi, nampaknya anu belum meng-anu-kan dirinya sebagai anu.
hingga anu pun disalahkan.
anu hanya diam, karena takut anu.

Ada anu yang kelewat anu.
Hingga meng-anu-kan anu
apalagi Si Anu hanya seorang anu.
tak punya anu, dan tak bisa anu.

Mari kita saling anu-i Si Anu.
anu-kan Si Anu,
Agar tak hanya menjadi anu.
tapi bisa menjadi anu.

Mari kita jaga anu kita.
Besarkan anu-anu lain.
segala anu yang dilakukan.
dipertanggungjawabkan.

Hormati Si Anu, yang hanya anu, dan anu-anu lain.
Sebagaimana kita anu-kan anu kita.
Demi bangsa yang makin anu.
Semua demi anu.

Rabu, 01 Mei 2013

Pelajaran Berharga dari Sebelah Sandal

  Hari itu cuaca lumayan sejuk, mendukung untuk sekedar jalan-jalan mencari udara segar dihari libur. Segera saya keluarkan sepeda dan mulai mengayuh menyusuri jalanan Kota Ciamis di Minggu pagi.
Cuaca pagi hari di kota yang sudah mulai hilang kehijauannya ini masih tetap segar seperti dulu jika pagi hari, namun ketika siang hari panasnya sudah seperti kota-kota besar yang jalanannya penuh sesak oleh kendaraan bermotor.
   Tempat pertama yang saya kunjungi adalah jamban sari, salah satu objek wisata sejarah yang ada di Ciamis. Tak terlalu lama saya di sana, karena memang tidak apa-apa hanya sekedar melihat hamparan sawah saja di tengah kota. Perjalanan saya lanjutkan ke daerah Stadion Galuh Ciamis dan terus berputar hingga masuk ke Alun-alun Ciamis. 
   Alun-alun ciamis di pagi hari sudah seperti pasar tanpa pedagang sayur, banyak sekali orang yang lalu lalang, ada yang sambil jogging, bersepeda, jalan kaki biasa, naik delman domba, becak hebring, mobil-mobilan dan main bola. Ada juga muda-mudi yang duduk sambil menyantap bubur ayam bersama teman-teman atau kekasihnya.
   Pandangan saya tertuju kepada seorang bapak-bapak yang sedang berjalan sambil menunduk  seperti mencari sesuatu. Karena kebetulan beliau lewat ke dekat saya, saya pun bertanya, 
   
   "Nuju milarian naon Pa?" (Sedang mencari apa Pak?)
  "Ieu, sendal bapa lepas sabeulah jang. Bade dipilarian deui." (Ini, sendal bapak lepas sebelah. Mau dicari lagi)
   "Di palih mana tadi lepas na Pa? Dibantosan ku abi." (Di sebelah mana lepasnya Pak, biar saya bantu)
  "Lah teu kedah jang wios, Bapa na ge bade uih tos siang. Pun incu tos ngantosan tuh di payun." (Ah, tidak usah nak ga apa-apa, Bapaknya juga mau pulang. Itu cucu bapak sudah nunggu di depan)
   
   Sambil bersiap pergi beliau menunduk melihat sandal yang masih ia kenakan, diperiksanya lalu beliau buka dan pergi begitu saja. Aneh, kenapa sandalnya malah ditinggalkan. Saya pun ambil sandal itu dan lari mengejar bapak tadi.

   "Pa,ieu sendalna kakantun." (Pak, ini sandalnya ketinggalan)
   "Eh, uhun jang wios, ngahaja da di kantunkeun." (Eh, iya nak ga apa-apa, sengaja saya tinggalkan)
   "Naha gening pa?" (Kenapa Pak?)
  "Ah, sendal ngan sabeulah mah moal tiasa di angge jang, wios dikantunkeun, bilih sendal nu itu aya nu mendakan janten tiasa dipasangkeun sareng nu ieu. Supados tiasa di angge kunu mendak. Pami ieu nu sabelah na dicandak ku bapa malah teu tiasa di angge, nu itu teu tiasa da teu aya rencang na, nu ku bapa ge teu tiasa dan teu aya rencang na. Sugan pami dua nana di simpen di dieu ma langkung manpaat."  (Ah, sandal cuma sebelah ga bisa dipakai nak, lebih baik ditinggal, siapa tau ada yang menemukan jadi bisa dipasangkan dengan yang ini. Supaya bisa dipakai sama yang nemukan. Kalau yang sebelah ini dipakai saya malah ga bisa dipakai, yang itu juga ga bisa dipakai sama karena sebelahnya saya bawa. Barangkali kalau saya tinggalkan yang ini akan lebih bermanfaat karena ada pasangannya.)
"Oh, muhun atuh pa." (Oh, iya pak)

   Sejenak saya merenung atas ucapan si Bapak barusan. Dalam hati saya mengiyakan apa yang beliau katakan. Alhamdulillah, saya mendapat pelajaran berharga di pagi ini. Terima kasih Pak.

Senin, 15 April 2013

Apakah Begitu Sulit Untuk Berubah ?

   Banyak orang mengalami kesulitan ketika akan melakukan perubahan. Macam-macam saja argumen yang dikemukakan. Salah satu alasan yang menjadi penghalang adalah begitu cepatnya kehilangan motivasi. Saya sering mengalaminya. Pada suatu ketika, semangat dan motivasi yang enggebu-gebu datang. Saya sangat bergairah melakukan aktivitas yang telah direncanakan untuk sebuah perubahan positif. Namun, di tengah jalan tiba-tiba ada masalah menyandung langkah kaki. Akibatnya semangatyang berkobar membara perlahan meredup hingga akhirnya padam. Akhirnya apa daya keinginan untuk berubah pun hanya tinggal keinginan.
   Bagaimana cara agar kita tetap bisa menjaga semangat dan konsisten terhadap kehendak untuk melakukan perubahan?
   Pertama, keyakinan pada diri bahwa kita mampuu berubah. Tanpa keyakinan pada diri bahwa kita mampu berubah. Tanpa keyakinan kuat, kita tak punya fondasi. Ibarat membangun gedung, apabila fondasinya kuat, maka gedung tersebut tidak mudah runtuh. Keyakinan dan kepercayaan pada kemampuan diri sendiri akan menjadi kekuatan yang “memaksa” kita untuk bertahan meski situasi sulit.
   Kedua, kita sadar kita punya kemampuan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik lagi, tapi dengan berpuluh-puluh alasan kita kerap menundanya. Ada petuah terkenal berbunyi, “Banyak hal bisa diselesaikan dalam satu hari. Sayangnya, hari itu kita perlakukan sebagai esok hari.” Sadar atau tidak, kita sering melakukannya. Ini penyakit yang paling banyak merintangi kita untuk melakukan perubahan. Ada yang mengatakan, “Sekarang masih belum waktunya, saya sedang menunggu saat yang tepat.” Padahal, hari ini, besok, seminggu kemudian, satu bulan berselang situasi tetap sama selama anda tidak memulainya sekarang. Saat ini ! daripada memikirkan esok hari atau kapan saat yang tepat, bagaimana kalau kita kerjakan sekarang. Anggap hari ini adalah kesempatan terakhir !
   Ketiga, tidak sabar menunggu hasil. Misalkan, anda yang tadinya malas belajar bertekan untuk rajin belajar agar mendapat nilai bagus. Namun setelah menjalani kebiasaan baru tersebut, ternyata anda merasa tidak ada perkembangan yang signifikan. Anda lantas kehilangan gairah untuk terus melakukannya.
   Padahal, dalam suatu kegiatan, ada banyak manfaat yang dapat diambil. Misalkan, kita berusaha rajin berolahraga untuk menjaga kesehatan tubuh. Setiap Minggu pagi anda lari pagi di taman kota. Manfaat yang dapat dirasakan tentu saja badan jadi bugar dan fit. Namun ternyata, tidak hanya badan segar yang bisa didapat. Ketika lari pagi, kita berkenalan dengan banyak orang dan salah satu dari mereka ternyata cocok dan menjadi seorang sahabat. Demikianlah, kita tidak pernah tahu, suatu perubahan kadang mengantarkan pada hal0hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
   Paling utama dari semua yang telah diuraikan di atas, sebelum melakukan perubahan adalah memiliki pengetahuan tentang diri. Siapa anda ? Hanya diri anda sendiri yang tahu. Pengetahuan tentang diri akan memandu anda mengambil keputusan tepat. Pengetahuan diantaranya mencakup tujuan hidup, cita-cita, mengapa anda di sini, mengapa anda mau melakukan pekerjaan yang anda pilih sekarang, di mana, bagaimana dan hal-hal apa saja yang dapat membuat anda merasa bahagia, sedih, takut, khawatir jenuh dan seterusnya. Ucap Bissmillah, bulatkan tekad, dan yakinlah.

Anda tidak akan pernah mengubah kehidupan
sampai anda mengubah apa yang anda lakukan setiap hari.
Rahasia sukses anda ditemukan
di dalam kegiatan anda sehari-hari.
(John C. Maxwell)
Kusumaning, 2012 Secangkir Kopi Tanpa Kafein (6-8)

Sabtu, 13 April 2013

.: Tidak Ada Kehebatan Tanpa Ujian :.

   Tuhan membebaskan manusia untuk menentukan takdirnya. Itu sebabnya ada ungkapan manusia adalah pengarang dan aktor sejarahnya sendiri. Mau jadi apa, mau seperti apa, mau bagaimana, semua pilihan ada di tangan. Misalkan setan berbisik di telinga kiri membujuk untuk berbuat jahat, sedangkan malaikat berbisik di telinga kanan menyeru kepada kebaikan, pada akhirnya hati dan pikiran juga yang memutuskan.
   Dalam proses penciptaan, manusia dicitpakan sama, tetapi berlainan kondisi. Ada yang terlahir dikalangan konglomerat, ada yang terlahir miskin, ada yang memiliki tubuh terbilang nyaris sempurna, ada pula yang menderita cacat bawaan. Mengapa Tuhan menciptakan kita dalam beragam rupa? Jawabannya adalah agar gerak sejarah terus bergulir. Orang miskin berusaha mengatasi kemiskinan, orang bodoh berlajar untuk menjadi pintar, orang yang kuat akan menolong yang lemah, orang yang kaya akan memberi bantuan kepada yang miskin, begitu seterusnya. Tidak ada jaminan bahwa orang yang terlahir dalam keluarga banyak harta akan menjadi orang yang banyak harta pula. Begitu pula sebaliknya, tidak ada yang dapat memastikan orang yang terlahir miskin, seumur hidup berkubang pada kekurangan. Kita tahu banyak contoh yang dapat diambil, tentang kisah sukses orang-orang besar yang berangkat dari titik nol. Sebab sekali lagi, takdie ada di tangan tiap-tiap personal manusia.
   Hanya pribadi tangguhlah yang mampu menaklukkan dunia. Ini seperti sebuah proses “seleksi alam”, siapa yang kuat akan menang, sedang yang lemah akan tergilas. Apakah seseorang yang kuat dan tangguh sudah dari sana-nya memang kuat dan tangguh? Tidak ! Emas yang bernilai tinggi telah lebih dulu ditempa dan disepuh dalam proses yang tidak sebentar dan juga tidak mudah. Begitu pula dengan intan permata. Keindahan intan tidak didapat dari proses sekali jadi.
   Seorang nahkoda yang diakui kehebatannya adalah ia yang telah terbukti berhasil menaklukkan badai. Seorang panglima perang yang tersohor adalh ia yang telah berhasil enjabani ratusan perang sengit. Seorang pemimpin yang disegani adalah ia yang telah berhasil membuktikan perjuangannya. Tidak ada kehebatan tanpa ujian. Manusia hebat bukan seseorang yang turun dari langit, tetapi dari bumi naik ke langit.

Tampaknya orang hebat berkaitan dengan tindakan.
Orang-orang sukses tetap bergerak.
Mereka melakukan kesalahan,
tetapi tidak menyerah.
(Conrad Hilton)
Kusumaning, 2012. Secangkir Kopi Tanpa Kafein [34-35]

Kamis, 11 April 2013

Hujan Yang Cemburu



hujan cemburu pada angin.
yang masuk lewat celah pintu.
memaksa agar dapat bersua denganku.
lewat celah sbilah lubang.

kamar kosan yang bocor.. 11 april 2013

Rabu, 10 April 2013

Lelah menjadi 'Tukang'

Bisakah
Kau simpan dulu pesonamu saat ini?
Tidak lama, sebentar saja
Menjelang hari yang sakral itu tiba
#
Di saat masa telah menjadi saksi
Dan kita pun baru menjadi penghuni
Semuanya akan terasa luar biasa
Tanpa ada kata bosan, tanpa ada keluh kesah
#
Yang ada, hanya senyum dan kasih sayang
Kita akan bersama menjadi ‘tukang’
Untuk membangun rumah
Yang selalu kuidamkan
#
Kini, aku menamainya rumah hati
Yang nanti, akan kita bangun dengan material berkualitas tinggi
Serta pengerjaan dengan setulus hati
Ya, Suatu saat nanti
#
Saat peluh membasah bersama kisah
Saat waktu membimbing kita menua bersama
Saat airmata berselang bahagia
Saat anak-anak kita semakin dewasa
#
Kita akan terus bangun rumah hati kita
Satu lantai, dua lantai, tiga lantai, hingga berjuta
Bila kau lelah, istirahatlah sejenak
Akan kutemani bersama secangkir teh hangat
#
Kita tidak boleh istirahat berlama-lama
Mari, kita selesaikan secepatnya
Waktu kita akan habis
Jangan sampai rumah hati menangis
#
Kita lelah menjadi ‘tukang’
Membangun rumah hati bak istana
Berusaha untuk tak lekang
Bersama, hingga akhir masa


ini penulisnya >>> DP Anggi


Senin, 08 April 2013

Mati R[asa]

hitam, pekat, pengap,
tak nampak,
langkah tak berarah,
meraba tak berasa.

kuraba hati,
teraba mati,
meraba pasti,
diraba janji.

mencari pasti seperti mimpi.

setitik mimpi datang,
cahaya,
hilang,
meradang..

Saya Suka Ke-Macet-an

Berkendara memang salah satu rutinitas sebagian besar masyarakat di Indonesia. Baik itu kendaraan bermotor maupun kendaraan bukan. Roda 2, roda 3, roda 4, roda 6 bahkan sampai roda 8 pun menjadi teman sehari-hari.
Suasana berkendara di tempat yang belum terlalu padat kendaraan mungkin akan sangat nyaman karena jalan yang digunakan tidak terlalu padat oleh kendaraan. Namun jika berkendara di lalu lintas yang padat mungkin akan berbeda keadaannya.
Kota ini telah saya kunjungi beberapa kali namun kunjungan saya merupakan kunjungan organisasi atau tugas kuliah, belum pernah berkunjung secara sengaja. Kota yang terkenal dengan sebutan Kota Kembang, kota yang identik dengan etnis Sunda adalah kota yang penuh dengan hal-hal luar biasa lalu lintas salah satunya. Siapa yang tidak tahu kemacetan yang ditimbulkan lalu lintas Kota ini, sudah sering kita lihat di beberapa berita di stasiun televisi. Jalanan dari mulai pintu masuk Kota Bandung sampai ke ujung jalanan Kota Bandung penuh dengan tantangan dan kemacetan, pengendara yang seliweran, angkot yang seolah menjadi pemilik jalan, pengendara motor yang merasa bebas keluar masuk menyelinap diantara kendaraan-kendaraan yang mengantri, bus dan truk yang meski tidak ugal-ugalan namun tetap menghabiskan lahan jalan, pedagang yang tak mau kehilangan kesempatan dalam mencari keuntungan diantara jalanan yang penuh sesak, petugas parkir yang seenaknya memasukkan dan menyimpan kendaraan yang berhenti dan masih banyak lagi kekacauan lain di lalu lintas kota ini. Keadaan itu membuat siapa saja yang berkendara di kota ini harus memiliki kesabaran yang ekstra besar.
Dalam waktu satu jam kemarin, saya melewati salah satu jalan dengan jalur cepat di kota ini. Motor-motor saling kejar seperti sedang memburu sesuatu, jalanan sempit dianggap seperti jalanan yang tanpa hambatan. Akibatnya terjadi 2 kali kecelakaan yang membuat pengendaranya saling memaki di pinggir jalan. Kejadian itu tentu menjadi tontonan orang yang lewat di TKP, bertambahlah simpul kemacetan.
Namun tidak selamanya kemacetan itu adalah hal yang buruk jika kita membuka pikiran kita secara lebih positif.
Kemacetan juga memiliki sisi positif untuk meningkatkan kapasitas diri, yaitu sebagai tempat untuk melatih kesabaran dan bagaimana mengontrol emosi. Saat kita diburu waktu namun tidak mampu menembus kemacetan kita bisa belajar arti sebuah keikhlasan. Saat orang lain melakukan beberapa manuver yang membuat kita kehilangan kontrol terhadap kendaraan kita, membuat kita perlu menjaga cara berkendara kita agar tidak melakukan hal yang sama pada orang lain, saat terjadi kecelakaan dan orang lain menyalahkan kita meski tidak sepenuhnya kita bersalah, membuat kita sadar akan pentingnya meminta maaf atas sekecil apapun kesalahan kita. masih banyak lagi pelajaran yang bisa kita ambil dari kemacetan.
Mari kita ubah sudut pandang kita terhadap kemacetan, jangan hanya memandang kemacetan sebagai penghambat perjalanan saja. Selalu ada pelajaran dari setiap kejadian, kemacetan pun seperti itu. Mari mencoba untuk tidak mengeluh saat menghadapi kemacetan, jangan marah ketika ada pengendara yang membuat kita tidak nyaman untuk berkendara, jangan memperburuk kemacetan dengan cara berkendara kita yang seenaknya, seperti kata orang bijak jika tidak bisa menyelesaikan masalah janganlah memperkeruh masalah apalagi menambah masalah. Cukuplah kemacetan menjadi masalah satu-satunya jangan ditambah lagi dengan masalah adu mulut, pelanggaran peraturan lalu lintas dan sebagainya.

Sabtu, 06 April 2013

10 Motivator Terbaik Di Indonesia

Setiap orang didunia ini pasti membutuhkan motivasi agar hidup tetap bergairah. Berbagai metode dilakukan untuk menemukan motivasi, ada yang datang langsung namun ada juga yang harus dibangkitkan, untuk membangkitkan motivasi-motivasi yang telah menurun dibutuhkan motivator. Begitu banyak motivator di Indonesia saat ini, berikut adalah 10 motivator terbaik di Indonesia dimulai dari urutan ke 10.

10. Christian Andrianto

9. Hermawan Kartajaya

8. Gede Prama

7. James Gwee

6. Bong Chandra

5. Krisnamurti

4. Tung Desem Waringin

3. Andri Wongso

2. Mario Teguh

1. DIRI ANDA SENDIRI
Ya, betul motivator terbaik diseluruh dunia adalah diri anda sendiri. Karena pada dasarnya motivator-motivator yang sering kita jumpai di televisi atau sosial media hanya sebagai fasilitator untuk membuka pikiran kita, termotivasi atau tidak itu pilihan kita. Karena itu, tetaplah menjadi motivator untuk diri anda sendiri karena setiap orang adalah motivator paling berpengaruh untuk dirinya sendiri.. :)

Sabtu, 30 Maret 2013

Ketika Cinta Harus Bersabar

Jika Allah tak memberimu seseorang yang kamu impikan, semoga Dia menghadirkan seseseorang yang memimpikanmu.

Bila Allah tak memberimu seseorang yang kamu rindukan, semoga Dia menghadirkan seseorang yang merindukanmu.

Bila Allah tak memberimu seseorang yang kamu dambakan, semoga Dia memberimu seseorang yang mendambakanmu.

Bila Allah tak menyatukanmu dengan seseorang yang kamu cintai, semoga Dia menghadirkan seseorang yang mencintaimu.

Semoga Allah menghadirkan seseorang yang bukan mencintaimu HANYA karena apa yg ada padamu.... tapi mencintai apa adanya dirimu !

Sujudkan Hati dan jiwamu.. Semoga Allah memberikanmu jodoh yang TERBAIK dengan segala keindahan hati dan ketakwaannya.

Jodohmu takan jauh dari sifat dan pribadinya sepertimu.. Menanam yang baik, Insya Allah akan memetik hasil yang baik juga.

Inilah cinta sejati.. cinta yg tak perlu kau tunggu.. tapi dia tumbuh bersama doa malam yg teduh.. tak tersentuh oleh mata dunia yg palsu..

Barangsiapa yang ingin meraih kelezatan iman hendaklah ia mencintai seseorang karena Allah. [HR. Ahmad]


Rabu, 27 Maret 2013

.: Berhati-hatilah dengan Waktu Luang :.


Menunda-nunda pekerjaan, hal itu yang sering saya lakukan selama beberapa bulan ini. Cicilan skripsi, tugas-tugas organisasi, tugas-tugas ke-RT-an, dan hal-hal lain. Begitu besar rasa malas saya kepada hal-hal itu. Paradigma 'masih lama' atau 'sedang tidak mood' menjadi satu paradigma yang melekat selama beberapa bulan ini. Akhirnya saat deadline merayap mendekati, saya pontang-panting mengerjakan semua hal dalam satu waktu. Bahkan ditambah lagi tugas dadakan yang di PR-kan oleh dosen pembimbing.
Penyesalan memang selalu datang belakangan, penyesalan terjadi karena ada suatu kesalahan dalam memilih/memutuskan sesuatu, dalam kasus saya adalah lebih memilih berleha-leha daripada menyicil pekerjaan saya.

Meskipun memang bisa saya selesaikan, energi saya terkuras habis, 2 hari 2 malam hanya tidur selama 2 jam saja. Duduk diantara kertas-kertas hampir selama 12 jam sehari, mondar-mandir di kampus dari siang sampai sore dengan berbagai keperluan. Jika pekerjaan ini saya cicil daridulu mungkin tidak akan sebanyak ini waktu, tenaga dan pikiran yang harus saya gunakan.

Padahal sudah jelas-jelas Rasulullah menyatakan dalam hadist yang diriwayatkan BUkhari "Ada dua kenikmatan yang membuat banyak orang terpedaya yakni nikmat sehat dan waktu senggang.”

Waktu senggang yang mungkin pada awalnya kita gunakan sebagai waktu untuk menghilangkan kejenuhan akhirnya begeser menjadi kemalasan yang persisten, berorientasi pada kesenangan dan melupakan kewajiban-kewajiban baik itu kewajiban dunia maupun kewajiban beribadah.

Santai memang diperbolehkan tapi harus proporsional dengan melaksanakan kewajiban. Ketika santai mulai tidak proporsional yang ada hanya pencarian kesenangan dan hura-hura semata.

Ketika diri mulai sadar telah termakan oleh godaan kesenangan. Maka, niatkan dalam hati untuk tidak seperti itu. Mulailah mencari kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang. Mulailah produktif ketika mengisi waktu luang, hasilkan sesuatu apapun itu, in a positive way tentunya.

Ada banyak cara menggusur letih dan jenuh. Letih dan jenuh kadang tidak cuma bisa disegarkan dengan santai. Ada banyak cara agar penyegaran bisa lebih bermakna dan sekaligus terjaga dari lalai.

Para sahabat Rasul biasa mengisi waktu kosong dengan tilawah, zikir, dan shalat sunnah. Itulah yang biasa mereka lakukan ketika suntuk saat jaga malam. Bergantian, mereka menunaikan shalat malam.

Bentuk lainnya adalah bermain dengan istri dan anak-anak. Rasulullah saw. pernah lomba lari dengan Aisyah r.a. Kerap juga bermain ‘kuda-kudaan’ bersama dua cucu beliau, Hasan dan Husein. Dari sini, santai bukan sekadar menghilangkan jenuh. Tapi juga membangun keharmonisan keluarga. Dengan kemajuan teknologi saat ini tentu banyak hal bermanfaat lainnya, blogwalking membaca artikel-artikel yang menambah wawasan. Atau mencoba untuk menulis, berbagi  ilmu dan pengalaman. Hal-hal tersebut tentu akan lebih bermanfaat daripada hanya melakukan kesenangan/hura-hura.

Rasulullah saw. mengatakan, “Orang yang cerdik ialah yang dapat menaklukkan nafsunya dan beramal untuk bekal sesudah wafat. Orang yang lemah ialah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan muluk terhadap Allah.” (HR. Abu Daud)

Kamis, 21 Maret 2013

Malaikat Tak Bersayap

gambar : mshennie.files.wordpress.com
Hari ini, raja matahari tak melepaskan tatapannya dari bumi, begitu tajam begitu menyengat. Membuat siapa saja yang terkena tatapannya mengeluarkan peluh-peluh kecil di dahi dan pelipisnya. Saat itu saya sedang dalam perjalanan menuju kampus di kota tetangga. Panas yang begitu terik membuat baju saya basah oleh keringat dan membuat pikiran terasa begitu penat. wajah saya seperti mengembang karena panas dan kemudian menyusut karena didinginkan oleh keringat sehingga tampak kusut. Mata saya terasa berat untuk membuka mata. Aaahhhhh.. Memang siang-siang seperti ini enaknya memang tidur di rumah.
Setelah berjalan kaki selama kurang lebih 15 menit saya sampai di tempat saya biasa menunggu angkutan umum menuju ke kampus saya, perjalanan masih sekitar 1 jam lagi dan masih harus 2 kali naik angkutan umum, begitu berat rasanya membayangkan bagaimana nanti ketika di perjalanan tubuh saya basah kuyup terpanggang, belum lagi kondisi di dalam mobil angkutan umum yang biasanya penuh sesak. Tapi kewajiban saya sebagai pembimbing kegiatan kemahasiswaan mengharuskan saya menahan semua rasa malas saya dan menarik nafas panjang untuk sekedar mengingatkan diri sendiri agar tidak mengeluh.
Tidak lama, mobil saya tunggu datang. Kebetulan kursi depan di sebelah supir kosong, saya langsung ambil posisi duduk disana, lumayan daripada di belakang pasti bakal berjejal-jejal.
Setelah mendapat posisi duduk yang nyaman, saya langsung mengeluarkan notebook saya karena ada satu tugas yang belum selesai.
selama di perjalanan, penumpang mobil itu tidak banyak hanya beberapa orang saja. Itu pun dengan jarak yang dekat sehingga ongkos yang di berikan pun nominalnya tidak besar. Saya merasa kasihan dengan supir yang rupanya sudah cukup berumur, dengan menggunakan kemeja yang ukurannya terlalu besar, kancingnya terbuka dan celana pendek yang lumayan usang. Namun ketika saya memperhatikan pak supir, ada sesuatu yang membuat pikiran saya kembali sejuk. Tak lama seorang penumpang turun dan memberikan ongkos sebesar seribu rupiah, saya agak aneh karena melihat jarak yang ditempuh penumpang itu harusnya membayar ongkos sebesar tiga ribu rupiah. Sekali lagi saya merasa sejuk ketika mendengar ucapan pak supir seolah tahu dengan apa yang ada dalam pikiran saya.
    "Nuju teu gaduheun panginten jang". Ucap supir itu.
saya langsung diam, dan merenung. Seorang supir dengan dandanan seperti ini bisa begitu ikhlas begitu tenang dan tidak mengeluh dengan ongkos pemberian penumpang itu meski ongkosnya kurang.
satu ucapan yang membuka pikiran saya dan mengingatkan saya dengan apa yang telah saya ikrarkan dalam tulisan saya sebelumnya untuk tidak mengeluh. bagaikan seorang malaikat yang diturunkan oleh Yang Maha Kuasa untuk mengembalikan  saya pada apa yang telah saya niatkan. Ya, malaikat.
Terkadang, malaikat itu hanya seorang supir angkutan umum yang tak bersayap, tak cemerlang dan tak rupawan. Mungkin saat ini disisi anda terdapat seorang malaikat yang akan membawa pintu hikmah bagi anda, buka mata, buka hati dan buka pikiran anda untuk setiap orang yang anda temui karena anda telah di takdirkan untuk bertemu dengan orang-orang itu dan pasti selalu ada hikmah dari setiap kejadian.
Selamat Pagi.. :)

Rabu, 20 Maret 2013

Hidup Yakin

Percayalah Pada Allah.. Semua kemampuan yang ada dalam diri datangnya dari Allah..

Motivasi itu datang dari sendiri, orang lain hanya media untuk membuka pintu motivasi itu..

Masalah datang ketika kapasitas diri kita lebih kecil dari hambatan.. tingkatkan kapasitas diri dan raih mimpi mu..

Lakukan yang bisa kamu lakukan, Allah akan lakukan apa yang tidak mampu kamu lakukan.. Yakinlah akan pertolongan-Nya..

Hidup Yakin..

Kenali diri, gali semua potensi yang ada pada dirimu, tembus batas kemampuanmu.

Senin, 11 Maret 2013

PENGORBANAN SEORANG ADIK ...

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku.

Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. “Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”

Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!” Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi.

Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? …

Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”. Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.

Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku.

Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten.

Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.

Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.”

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!”

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.” Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!”

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir.

Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?”

Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?”. Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku.

Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu…”

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.” Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.

“Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..”

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya. “Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya.”Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu.

Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…”Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa.

Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.”

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya.

Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!”

“Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu.

Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Bahkan tanpa berpikir ia menjawab, “Kakakku.”

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.

Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.

Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.”

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.” Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai. (kiriman sahabat)

Anak anak sholih dan sholikah didapat dari tempaan hidup, kompetisi yang didasari iman, islam. Semoga kita semua disini diberi kempatan untuk menjadi orang tua yang memiliki anak anak sholih sholikah dapat berkumpul kembali di akhir nanti. Ayahbunda semua dimampukan untuk membimbing putra dan putrinya semua, diberi kekuatan untuk memfasilitasi belajar yang terbaik, hanya kepada Engkau ya Robb kami meminta,...