Masa sih kamu belum pernah
pacaran?
Begitulah rata-rata orang yang
baru kenal dan baru tahu kalau aku belum pernah pacaran sekalipun. Ya,
jomblowan sejati. Memang zaman sekarang pacaran itu mungkin bukan sesuatu yang
aneh. Anak-anak usia SD pun sekarang pasti ada yang sudah berpacaran.
Pacaran sekarang dianggap suatu
kebutuhan, seperti beberapa orang temanku, mereka terlihat benar-benar
menderita ketika tidak punya pacar lebih dari 1 bulan bahkan ada yang baru 3
hari menjomblo tapi sudah uring-uringan. Bahkan terlihat lebih menderita
daripada saat mereka tidak punya uang, salah seorang dari mereka sempat kutanya
kenapa bisa seperti itu dan jawabannya cukup mengejutkan. Dia menjawab kalau
tidak punya pacar tidak punya kegiatan untuk mengisi waktu. Jawaban yang sama
sekali tidak beralasan menurutku.
Kebanyakan anak muda zaman
sekarang menganggap pacaran adalah suatu kebutuhan, padahal kebutuhan mereka
sebenarnya adalah hanya ingin memiliki seseorang yang bisa membantu mereka
mengisi waktu mereka. Itu adalah alasan yang mereka katakan kepadaku. Sungguh
ironis memang, saat ini banyak orang lebih memikirkan bagaimana bisa
mendapatkan pacar daripada berpikir bagaimana menjalani hidup. Pacaran memang
tidak salah, namun yang salah adalah apa yang menjadi alasan untuk mereka
berpacaran.
Berdasarkan analisis ku selama
mendengarkan curhatan-curhatan teman-temanku. 70% dari mereka bermasalah dengan
pacar mereka karena ketidakpuasan mereka terhadap sikap sang pacar. Seperti
sikap ketidakpuasan pelanggan kepada pelayan restoran yang tidak bisa memenuhi
keinginan pelanggannya. Dan itu terjadi karena kesalahan persepsi mereka
terhadap maksud dari pacaran itu. Mereka yang memiliki persepsi bahwa pacaran
itu harus selalu mendapatkan perhatian dari sang pacar, sang pacar harus selalu
stand by saat pacarnya membutuhkan, menganggap bahwa pacar mereka hanyalah
milik mereka seorang tak ada orang lain yang boleh dekat bahkan ketika sang
pacar berbicara empat mata dengan lawan jenis atau sekedar sms-an atau
mengangkat telepon dari orang lainpun mereka bisa marah dan tidak terima. Tidak
memberi kabar selama 1 jam saja langsung menjadi masalah, tidak bisa datang
pada saat pacar butuh teman atau sekedar ingin jalan-jalan langsung perang
dingin, telat balas sms atau telat angkat telpon marah. Salah bicara padahal hanya bercanda langsung
berkoar pedas seperti pada orang yang selalu mengejek dan menjelek-jelekkan
namanya setiap hari.
Yang mereka butuhkan dari pacar
sebetulnya hanya satu, yaitu sebagai tempat untuk mengisi waktu mereka. Ketika sang
pacar tidak mampu menemani pacarnya ketika dia kebingungan menghabiskan waktu,
anda pasti sudah dapat membayangkan apa yang terjadi. Dan itulah keironisan
yang sedang booming saat ini. Semuanya terjadi karena kebiasaan mereka yang
salah, dengan memanfaatkan orang lain untuk menyenangkan diri sendiri, saya
berani berspekulasi 70% dari orang yang pacaran ketika mereka memikirkan ingin
pacaran yang mereka pikirkan adalah ingin membuat dirinya bahagia, jarang dari
mereka yang menjawab untuk kebahagiaan saya dengan pacar saya. Hampir semua
dalam hati kecil mereka menjawab karena saya ingin blablablablabla… itu
tandanya anda telah merampas kebebasan orang lain untuk kesenangan anda
sendiri.
Memang tidak semua mereka yang
memiliki pacar akan berlaku seperti itu, banyak dari mereka yang sampai
sekarang telah menikah dengan pacar mereka. banyak dari mereka yang memang
mampu saling menjaga dan saling mengerti, tidak termakan keegoisan diri
sendiri, tidak memikirkan diri sendiri mereka lebih berorientasi pada kebahagiaan
pasangannya daripada dirinya sehingga pada akhirnya mereka akan saling
membahagiakan dalam keadaan apapun itu.
Menurut saya pacaran itu adalah
sebuah media untuk kita belajar berjalan dengan orang lain yang sama-sama belum
bisa berjalan, bukan sebagai tempat untuk mencari kebahagiaan. Karena ketika
kita mampu untuk belajar berjalan dengan orang lain yang belum bisa berjalan
kita akan saling menguatkan karena sama-sama mengerti dengan kekurangan kita
yang sama-sama tidak bisa berjalan. Jika kita kelelahan dia bersedia untuk
menunggu kita hingga kita mampu untuk berdiri kembali, jika kita terjatuh dia
bersedia untuk membangunkan kita dan membersihkan bagian tubuh kita yang
kotor,ketika dia terjatuh kitapun bersedia membangunkan dan membersihkan bagian
tubuh dia yang kotor, dia lelah kita bersedia menunggu hingga dia mampu berdiri
kembali. Ketika salah satu diantara mereka tak mampu lagi berjalan salah
satunya lagi dengan ikhlas dan tanpa diminta akan berusaha mengobati dan
menopang tubuhnya. Pacaran juga
merupakan media untuk kita belajar mengendalikan emosi, melawan kekurangan
kita, melatih keikhlasan, melatih kesabaran dan membuat kita terbiasa dengan
kesedihan dan kebahagiaan.
Sayapun banyak belajar dari
teman-teman saya yang pernah memiliki pacar tentang bagaimana mengkondisikan
perasaan dan emosi kita untuk mencapai tujuan kita berdua. Yaitu menikah. Namun
bagi saya berpacaran adalah hal yang sangat sacral dan tidak boleh dilaksanakan
secara sembarangan. Saya hanya akan berpacaran dengan orang yang telah saya
kenal baik watak dan perilakunya, tanggung jawab saya sebagai laki-laki
mengharuskan saya berpikiran seperti itu. Mengikat seseorang dengan ikatan
pacar adalah seperti mengajak anak kecil untuk bermain di tempat yang jauh.
Orang tua dan orang terdekat mereka mempercayakan dia untuk kita jaga dan dia
mempercayakan saya untuk menjaga dirinya.
Sekali lagi, tanyakan pada diri
anda, pada hati keil anda. Untuk apa anda berpacaran untuk apa anda berikatan
dengan seseorang, jika jawaban hati kecil adalah sebuah alasan maka saya
sarankan anda untuk segera mencari jawaban atas pertanyaan itu, bukan
alasannya.
“Benarkanlah persepsi anda
tentang suatu hal sebelum anda mengambil sikap terhadap hal tersebut, karena
persepsi yang salah akan menyebabkan cara bersikap yang salah dalam menjalani
suatu hal.”
-G.P.P, sukamaju 160512-
embe endogan
BalasHapus