Rabu, 23 Mei 2012

about a relationship


Masa sih kamu belum pernah pacaran?
Begitulah rata-rata orang yang baru kenal dan baru tahu kalau aku belum pernah pacaran sekalipun. Ya, jomblowan sejati. Memang zaman sekarang pacaran itu mungkin bukan sesuatu yang aneh. Anak-anak usia SD pun sekarang pasti ada yang sudah berpacaran.
Pacaran sekarang dianggap suatu kebutuhan, seperti beberapa orang temanku, mereka terlihat benar-benar menderita ketika tidak punya pacar lebih dari 1 bulan bahkan ada yang baru 3 hari menjomblo tapi sudah uring-uringan. Bahkan terlihat lebih menderita daripada saat mereka tidak punya uang, salah seorang dari mereka sempat kutanya kenapa bisa seperti itu dan jawabannya cukup mengejutkan. Dia menjawab kalau tidak punya pacar tidak punya kegiatan untuk mengisi waktu. Jawaban yang sama sekali tidak beralasan menurutku.
Kebanyakan anak muda zaman sekarang menganggap pacaran adalah suatu kebutuhan, padahal kebutuhan mereka sebenarnya adalah hanya ingin memiliki seseorang yang bisa membantu mereka mengisi waktu mereka. Itu adalah alasan yang mereka katakan kepadaku. Sungguh ironis memang, saat ini banyak orang lebih memikirkan bagaimana bisa mendapatkan pacar daripada berpikir bagaimana menjalani hidup. Pacaran memang tidak salah, namun yang salah adalah apa yang menjadi alasan untuk mereka berpacaran.
Berdasarkan analisis ku selama mendengarkan curhatan-curhatan teman-temanku. 70% dari mereka bermasalah dengan pacar mereka karena ketidakpuasan mereka terhadap sikap sang pacar. Seperti sikap ketidakpuasan pelanggan kepada pelayan restoran yang tidak bisa memenuhi keinginan pelanggannya. Dan itu terjadi karena kesalahan persepsi mereka terhadap maksud dari pacaran itu. Mereka yang memiliki persepsi bahwa pacaran itu harus selalu mendapatkan perhatian dari sang pacar, sang pacar harus selalu stand by saat pacarnya membutuhkan, menganggap bahwa pacar mereka hanyalah milik mereka seorang tak ada orang lain yang boleh dekat bahkan ketika sang pacar berbicara empat mata dengan lawan jenis atau sekedar sms-an atau mengangkat telepon dari orang lainpun mereka bisa marah dan tidak terima. Tidak memberi kabar selama 1 jam saja langsung menjadi masalah, tidak bisa datang pada saat pacar butuh teman atau sekedar ingin jalan-jalan langsung perang dingin, telat balas sms atau telat angkat telpon marah.  Salah bicara padahal hanya bercanda langsung berkoar pedas seperti pada orang yang selalu mengejek dan menjelek-jelekkan namanya setiap hari.
Yang mereka butuhkan dari pacar sebetulnya hanya satu, yaitu sebagai tempat untuk mengisi waktu mereka. Ketika sang pacar tidak mampu menemani pacarnya ketika dia kebingungan menghabiskan waktu, anda pasti sudah dapat membayangkan apa yang terjadi. Dan itulah keironisan yang sedang booming saat ini. Semuanya terjadi karena kebiasaan mereka yang salah, dengan memanfaatkan orang lain untuk menyenangkan diri sendiri, saya berani berspekulasi 70% dari orang yang pacaran ketika mereka memikirkan ingin pacaran yang mereka pikirkan adalah ingin membuat dirinya bahagia, jarang dari mereka yang menjawab untuk kebahagiaan saya dengan pacar saya. Hampir semua dalam hati kecil mereka menjawab karena saya ingin blablablablabla… itu tandanya anda telah merampas kebebasan orang lain untuk kesenangan anda sendiri.
Memang tidak semua mereka yang memiliki pacar akan berlaku seperti itu, banyak dari mereka yang sampai sekarang telah menikah dengan pacar mereka. banyak dari mereka yang memang mampu saling menjaga dan saling mengerti, tidak termakan keegoisan diri sendiri, tidak memikirkan diri sendiri mereka lebih berorientasi pada kebahagiaan pasangannya daripada dirinya sehingga pada akhirnya mereka akan saling membahagiakan dalam keadaan apapun itu.
Menurut saya pacaran itu adalah sebuah media untuk kita belajar berjalan dengan orang lain yang sama-sama belum bisa berjalan, bukan sebagai tempat untuk mencari kebahagiaan. Karena ketika kita mampu untuk belajar berjalan dengan orang lain yang belum bisa berjalan kita akan saling menguatkan karena sama-sama mengerti dengan kekurangan kita yang sama-sama tidak bisa berjalan. Jika kita kelelahan dia bersedia untuk menunggu kita hingga kita mampu untuk berdiri kembali, jika kita terjatuh dia bersedia untuk membangunkan kita dan membersihkan bagian tubuh kita yang kotor,ketika dia terjatuh kitapun bersedia membangunkan dan membersihkan bagian tubuh dia yang kotor, dia lelah kita bersedia menunggu hingga dia mampu berdiri kembali. Ketika salah satu diantara mereka tak mampu lagi berjalan salah satunya lagi dengan ikhlas dan tanpa diminta akan berusaha mengobati dan menopang  tubuhnya. Pacaran juga merupakan media untuk kita belajar mengendalikan emosi, melawan kekurangan kita, melatih keikhlasan, melatih kesabaran dan membuat kita terbiasa dengan kesedihan dan kebahagiaan.
Sayapun banyak belajar dari teman-teman saya yang pernah memiliki pacar tentang bagaimana mengkondisikan perasaan dan emosi kita untuk mencapai tujuan kita berdua. Yaitu menikah. Namun bagi saya berpacaran adalah hal yang sangat sacral dan tidak boleh dilaksanakan secara sembarangan. Saya hanya akan berpacaran dengan orang yang telah saya kenal baik watak dan perilakunya, tanggung jawab saya sebagai laki-laki mengharuskan saya berpikiran seperti itu. Mengikat seseorang dengan ikatan pacar adalah seperti mengajak anak kecil untuk bermain di tempat yang jauh. Orang tua dan orang terdekat mereka mempercayakan dia untuk kita jaga dan dia mempercayakan saya untuk menjaga dirinya.
Sekali lagi, tanyakan pada diri anda, pada hati keil anda. Untuk apa anda berpacaran untuk apa anda berikatan dengan seseorang, jika jawaban hati kecil adalah sebuah alasan maka saya sarankan anda untuk segera mencari jawaban atas pertanyaan itu, bukan alasannya.
“Benarkanlah persepsi anda tentang suatu hal sebelum anda mengambil sikap terhadap hal tersebut, karena persepsi yang salah akan menyebabkan cara bersikap yang salah dalam menjalani suatu hal.”

-G.P.P, sukamaju 160512-

1 komentar: