Tuhan membebaskan manusia untuk menentukan takdirnya.
Itu sebabnya ada ungkapan manusia adalah pengarang dan aktor sejarahnya
sendiri. Mau jadi apa, mau seperti apa, mau bagaimana, semua pilihan
ada di tangan. Misalkan setan berbisik di telinga kiri membujuk untuk
berbuat jahat, sedangkan malaikat berbisik di telinga kanan menyeru
kepada kebaikan, pada akhirnya hati dan pikiran juga yang memutuskan.
Dalam proses penciptaan, manusia dicitpakan sama, tetapi berlainan
kondisi. Ada yang terlahir dikalangan konglomerat, ada yang terlahir
miskin, ada yang memiliki tubuh terbilang nyaris sempurna, ada pula yang
menderita cacat bawaan. Mengapa Tuhan menciptakan kita dalam beragam
rupa? Jawabannya adalah agar gerak sejarah terus bergulir. Orang miskin
berusaha mengatasi kemiskinan, orang bodoh berlajar untuk menjadi
pintar, orang yang kuat akan menolong yang lemah, orang yang kaya akan
memberi bantuan kepada yang miskin, begitu seterusnya. Tidak ada jaminan
bahwa orang yang terlahir dalam keluarga banyak harta akan menjadi
orang yang banyak harta pula. Begitu pula sebaliknya, tidak ada yang
dapat memastikan orang yang terlahir miskin, seumur hidup berkubang pada
kekurangan. Kita tahu banyak contoh yang dapat diambil, tentang kisah
sukses orang-orang besar yang berangkat dari titik nol. Sebab sekali
lagi, takdie ada di tangan tiap-tiap personal manusia.
Hanya pribadi tangguhlah yang mampu menaklukkan dunia. Ini seperti
sebuah proses “seleksi alam”, siapa yang kuat akan menang, sedang yang
lemah akan tergilas. Apakah seseorang yang kuat dan tangguh sudah dari
sana-nya memang kuat dan tangguh? Tidak ! Emas yang bernilai tinggi
telah lebih dulu ditempa dan disepuh dalam proses yang tidak sebentar
dan juga tidak mudah. Begitu pula dengan intan permata. Keindahan intan
tidak didapat dari proses sekali jadi.
Seorang nahkoda yang diakui kehebatannya adalah ia yang telah terbukti
berhasil menaklukkan badai. Seorang panglima perang yang tersohor adalh
ia yang telah berhasil enjabani ratusan perang sengit. Seorang pemimpin
yang disegani adalah ia yang telah berhasil membuktikan perjuangannya.
Tidak ada kehebatan tanpa ujian. Manusia hebat bukan seseorang yang
turun dari langit, tetapi dari bumi naik ke langit.
Tampaknya orang hebat berkaitan dengan tindakan.
Orang-orang sukses tetap bergerak.
Mereka melakukan kesalahan,
tetapi tidak menyerah.
(Conrad Hilton)
Kusumaning, 2012. Secangkir Kopi Tanpa Kafein [34-35]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar