Ketika Kita Mengerti, Kita Akan Ikhlas..
Ikhlas, satu kata dalam islam yang menjadi pedoman untuk
menjalani hidup dengan bahagia. Namun banyak dari kita masih kebingungan dengan
keikhlasan diri kita, karena memang ikhlas itu tidak berwujud dan sangat sulit
untuk menilainya. Terkadang kita sering mendengar orang berkata “saya ikhlas”.
Dari ucapan kita bias percaya, namun dalam hati nurani orang tersebut kita
tidak tahu keikhlasannya semu atau nyata.
Ya, memang terlalu sulit untuk menilai keikhlasan seseorang
hanya Allah dan dirinya sendiri yang tahu kadar keikhlasannya. Namun sebagai
mahluk allah yang diberi akal dan pikiran saya berusaha untuk mengetahui atau
minimal dapat mengetahui gambaran keikhlasan seseorang berdasarkan apa yang
saya alami.
Saya teringat cerita teman saya tentang seberapa besar
pengorbanan orang tuanya untuk membesarkan dan membahagiakan anak-anaknya.
Ayahnya adalah seorang karyawan disalah satu took yang cukup besar dikotanya.
Dia mengatakan bahwa selama dia masih kecil ayahnya terlihat tidak pernah
membeli baju, kalaupun membeli baju itu hanya dilakukan saat memang benar-benar
dibutuhkan misalnya baju yang selalu ia gunakan sobek dan tidak bias diperbaiki
lagi. Selain daripada itu, beliau tidak penah membeli baju, yang dimana baju adalah
pembungkus tubuh kita agar kita terlihat lebih menarik. Namun ayahnya
mengorbankan penampilannya hanya untuk anak-anaknya. Waktu kecil memang dia
belum menyadari seberapa besar pengorbanan ayahnya, yang ia tahu setiap hari
lebaran dia selalu menuntut ayahnya untuk membelikan baju baru, atau ketika ia
melihat anak-anak yang lain pergi bermain dengan membawa mainan mobil-mobilan
sedangkan ia tak punya. Dan ia merengek kepada ayahnya agar dibelikan mainan
mobil-mobilan yang sama seperti temannya, naluri anak kecil. Tanpa perlu
diminta kembali besoknya sepulang dari tempat bekerja, ayahnya membawa
mobil-mobilan yang ia minta kemarin. Dapat dibayangkan betapa girangnya seorang
anak ketika ia dibelikan mainan yang memang ia inginkan. Tanpa pernah berpikir
darimana uang yang digunakan oleh ayahnya untuk membeli mainan tersebut. Dan
kejadian it uterus berulang setiap anaknya merengek ingin dibelikan sesuatu,
tanpa banyak komentar esoknya barang yang dipinta sudah dibelikan oleh ayahnya.
Ketika beranjak dewasa, barulah ia mengetahui pengorbanan
yang dilakukan ayahnya untuk dapat membahagiakan anaknya. Ayahnya rela untuk
tidak membeli kebutuhan sandangnya dan uangnya ia tabung sebagai pegangan
ketika si anak meminta dibelikan sesuatu. Tanpa pamrih dan tanpa mengeluh
apapun dia memenuhi keinginan anaknya. Ia sangat mengerti dengan kebiasaan
seorang anak yang masih begitu polos dan tidak tahu apa-apa hanya memikirkan
bagaimana dapat bermain dengan teman-teman sebayanya dan diterima dengan baik
oleh mereka.
Cerita tersebut merupakan gambaran kecil tentang bagaimana
keikhlasan seorang ayah yang berkorban demi kebahagiaan anaknya.
Ketika kita mengerti, maka kita akan ikhlas. Seperti sang
ayah yang mengerti dengan karakter kita sebagai anak kecil yang selalu ingin
mendapat apa bias membuatnya tersenyum. Jika beliau tidak mengerti akan
kebutuhan seorang anak bukan tidak mungkin ia bersikap 180 derajat dari cerita
diatas. Mungkin kita sering mendengar seorang ayah yang tega memarahi dan
memukul anaknya hanya karena anaknya meminta ia membelikan mainan namun sang
ayah tidak mampu untuk membelikannya dan ia tidak mengerti keinginan dan
kebutuhan seorang anak.
Salah satu tanda keikhlasan pada diri kita adalah dengan
tidak adanya keluhan atas apa yang telah kita berikan atau kita korbankan.
Mengeluh adalah tanda ketidakpuasan seseorang terhadap sesuatu. Ketidakpuasan
terjadi karena ada sesuatu yang diinginkannya setelah memberi atau melakukan
sesuatu tidak terpenuhi. Adanya keinginan diri untuk mendapatkan sesuatau atas
apa yang kita beri dan kita lakukan menandakan ketidakikhlasan kita terhadap
sesuatu tersebut.
Masihkah kita mengeluh terhadap apa yang telah kita lakukan
baik untuk diri sendiri maupun orang lain?
jika kita masih sering mengeluh itu tandanya kita belum
ikhlas. Ikhlas itu mudah, ikhlas itu tidak sulit.
Mulai dengan membiasakan diri untuk tidak mengeluh dan
selalu bersyukur atas apa yang kita dapatkan, dan keikhlasan akan tumbuh dalam
diri kita.
Sekian..
#bukan bermaksud menggurui atau mengajari, hanya sekedar
berbagi pemikiran.
Semoga bermanfaat ..
Galih permana putra,211012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar