Minggu, 21 Oktober 2012

KETIKA KITA MENGERTI, KITA AKAN IKHLAS

Ketika Kita Mengerti, Kita Akan Ikhlas..
Ikhlas, satu kata dalam islam yang menjadi pedoman untuk menjalani hidup dengan bahagia. Namun banyak dari kita masih kebingungan dengan keikhlasan diri kita, karena memang ikhlas itu tidak berwujud dan sangat sulit untuk menilainya. Terkadang kita sering mendengar orang berkata “saya ikhlas”. Dari ucapan kita bias percaya, namun dalam hati nurani orang tersebut kita tidak tahu keikhlasannya semu atau nyata.
Ya, memang terlalu sulit untuk menilai keikhlasan seseorang hanya Allah dan dirinya sendiri yang tahu kadar keikhlasannya. Namun sebagai mahluk allah yang diberi akal dan pikiran saya berusaha untuk mengetahui atau minimal dapat mengetahui gambaran keikhlasan seseorang berdasarkan apa yang saya alami.
Saya teringat cerita teman saya tentang seberapa besar pengorbanan orang tuanya untuk membesarkan dan membahagiakan anak-anaknya. Ayahnya adalah seorang karyawan disalah satu took yang cukup besar dikotanya. Dia mengatakan bahwa selama dia masih kecil ayahnya terlihat tidak pernah membeli baju, kalaupun membeli baju itu hanya dilakukan saat memang benar-benar dibutuhkan misalnya baju yang selalu ia gunakan sobek dan tidak bias diperbaiki lagi. Selain daripada itu, beliau tidak penah membeli baju, yang dimana baju adalah pembungkus tubuh kita agar kita terlihat lebih menarik. Namun ayahnya mengorbankan penampilannya hanya untuk anak-anaknya. Waktu kecil memang dia belum menyadari seberapa besar pengorbanan ayahnya, yang ia tahu setiap hari lebaran dia selalu menuntut ayahnya untuk membelikan baju baru, atau ketika ia melihat anak-anak yang lain pergi bermain dengan membawa mainan mobil-mobilan sedangkan ia tak punya. Dan ia merengek kepada ayahnya agar dibelikan mainan mobil-mobilan yang sama seperti temannya, naluri anak kecil. Tanpa perlu diminta kembali besoknya sepulang dari tempat bekerja, ayahnya membawa mobil-mobilan yang ia minta kemarin. Dapat dibayangkan betapa girangnya seorang anak ketika ia dibelikan mainan yang memang ia inginkan. Tanpa pernah berpikir darimana uang yang digunakan oleh ayahnya untuk membeli mainan tersebut. Dan kejadian it uterus berulang setiap anaknya merengek ingin dibelikan sesuatu, tanpa banyak komentar esoknya barang yang dipinta sudah dibelikan oleh ayahnya.

Ketika beranjak dewasa, barulah ia mengetahui pengorbanan yang dilakukan ayahnya untuk dapat membahagiakan anaknya. Ayahnya rela untuk tidak membeli kebutuhan sandangnya dan uangnya ia tabung sebagai pegangan ketika si anak meminta dibelikan sesuatu. Tanpa pamrih dan tanpa mengeluh apapun dia memenuhi keinginan anaknya. Ia sangat mengerti dengan kebiasaan seorang anak yang masih begitu polos dan tidak tahu apa-apa hanya memikirkan bagaimana dapat bermain dengan teman-teman sebayanya dan diterima dengan baik oleh mereka.

Cerita tersebut merupakan gambaran kecil tentang bagaimana keikhlasan seorang ayah yang berkorban demi kebahagiaan anaknya.

Ketika kita mengerti, maka kita akan ikhlas. Seperti sang ayah yang mengerti dengan karakter kita sebagai anak kecil yang selalu ingin mendapat apa bias membuatnya tersenyum. Jika beliau tidak mengerti akan kebutuhan seorang anak bukan tidak mungkin ia bersikap 180 derajat dari cerita diatas. Mungkin kita sering mendengar seorang ayah yang tega memarahi dan memukul anaknya hanya karena anaknya meminta ia membelikan mainan namun sang ayah tidak mampu untuk membelikannya dan ia tidak mengerti keinginan dan kebutuhan seorang anak.

Salah satu tanda keikhlasan pada diri kita adalah dengan tidak adanya keluhan atas apa yang telah kita berikan atau kita korbankan. Mengeluh adalah tanda ketidakpuasan seseorang terhadap sesuatu. Ketidakpuasan terjadi karena ada sesuatu yang diinginkannya setelah memberi atau melakukan sesuatu tidak terpenuhi. Adanya keinginan diri untuk mendapatkan sesuatau atas apa yang kita beri dan kita lakukan menandakan ketidakikhlasan kita terhadap sesuatu tersebut.

Masihkah kita mengeluh terhadap apa yang telah kita lakukan baik untuk diri sendiri maupun orang lain?
jika kita masih sering mengeluh itu tandanya kita belum ikhlas. Ikhlas itu mudah, ikhlas itu tidak sulit.
Mulai dengan membiasakan diri untuk tidak mengeluh dan selalu bersyukur atas apa yang kita dapatkan, dan keikhlasan akan tumbuh dalam diri kita.

Sekian..
#bukan bermaksud menggurui atau mengajari, hanya sekedar berbagi pemikiran.
Semoga bermanfaat ..

Galih permana putra,211012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar