Kamis, 05 April 2012

asal-asalan 1

"Lih !"
"Perlu suntikan semangat !"
"Kuliahku kacau. Hidup ga jelas mau kemana. Ibuku sakit. Seminggu g masuk kuliah bikin pusing."

Itu keluhan temanku beberapa menit yang lalu melalui SMS ke nomorku. Memang sudah beberapa hari ini temanku yang satu ini wajahnya selalu murung, saat bertemu pun lebih banyak diam dengan mata bulat kosong. Menatap tapi tak melihat. mungkin memang sedang banyak pikiran.
Sebetulnya dia adalah salah satu manusia luar biasa dari beberapa manusia luar biasa lain yang aku kenal dekat. Seorang penjual gas elpiji dikotanya, tercatat sebagai mahasiswa semester VI di PTS di Kota Tasik. Untuk orang yang pertama kali bertemu dengannya mungkin akan berpikir bahwa dia itu orang yang berada. Karena memang salah satu kekurangannya itu kurang bisa me-manage keuangannya.

Beberapa waktu yang lalu dia sempat bercerita bahwa dia berniat membuka usaha, bukan cerita aneh bagiku karena memang hampir tiap hari dia membicarakan bisnis. Tapi, untuk kali ini bisa kurasakan kesungguhannya untuk membuka usaha roti bakar di salah satu daerah di Kota Ciamis. Segala persiapan telah matang, hanya tinggal masalah tempat untuk membuka kios belum ada yang cocok. Dengan keyakinannya dia bercerita tentang optimismenya terhadap rencana yang ia bangun sekarang. Hari ke hari aku semakin jarang mendapat kabar dari temanku yang sebelumnya hampir tiap hari bertemu denganku ini. Setelah mencari informasi mengenai kesehatannya, karena biasanya dia akan sangat sulit dihubungi jika sedang dalam keadaan badan yang kurang sehat yang ternyata dia sehat-sehat saja. Akhirnya aku tahu kalau dia sedang merintis, mewujudkan mimpinya dalam membuka usaha. Kebahagiaanku tak bisa ku sembunyikan melihat kesungguhannya dalam mewujudkan keinginannya itu.

Beberapa hari setelah kabar menyenangkan tersebut, aku meminta dia untuk bertemu denganku dengan alasan klasik untuk anak muda "ngopi". Satu jam kemudian kami langsung bertemu di tempat biasa kami menghabiskan waktu. Hal pertama yang aku lihat sejak beberapa hari yang lalu belum bertemu adalah keceriaan di wajahnya. Ekspresi seseorang yang sedang menerima suatu kelancaran dalam proses memperjuangkan keinginannya. Hampir tengah malam kita baru pulang karena memang dia banyak menceritakan proses rintisan bisnis barunya ini. Tak perlu kuceritakan saja, karena memang tak ada hal yang menarik yang dapat diceritakan.

Satu hari setelah waktu nongkrong kita kemarin dia menghubungiku lagi, kali ini dia yang mengajakku. Tanpa pikir panjang langsung aku iya kan saja ajakannya. Acara "ngopi" kali ini tak seceria kemarin. Proses pembangunan bisnis temanku dilanda masalah yang memang cukup berat. Belum juga membuka kios di tempat yang direncanakan dia sudah mendapat ancaman dari pedagang lain yang telah lama berjualan di tempat tersebut. Dia bercerita bahwa dia sedikit diancam akan terganggu bisnisnya jika tetap nekat membuka kios roti bakar ditempat tersebut. Adanya ancaman dari sesama pedagang di wilayah dagang yang sama bukanlah masalah kecil. Karena jika tetap dipaksakan dalam keadaan salah satu pihak tidak menerima maka akibat yang di tanggung temanku ini cukup berat. Alhasil rencana yang telah ia susun pun berantakan karena saat ini mencari tempat yang cocok untuk berdagang memang sangat sulit. Dalam  keadaan tertekan seperti ini mental temanku langsung drop. Bahkan semangatnya untuk berdagang pun mulai hilang. Sebagai teman yang baik aku berusaha memberikan motivasi agar ia tidak kehilangan semangat bisnisnya itu. Namun beberapa hari kemudian tepatnya hari ini, masalah yang dialami temanku bukan makin ringan namun makin berat. Ibunya sakit lumayan keras sehingga tidak bisa bekerja sekalipun itu hanya pekerjaan ibu-ibu rumaj tangga biasa. Waktu temanku pun tersita untuk mengurusi ibunya. Akibatnya ia bolos kuliah selama 2 minggu full, bisnisnya pun tak terurus. Rencananya benar-benar compang camping dan akhirnya, munculah sifat fitrah manusia. Mengeluh.Bahkan sampai ingin berhenti kuliah karena merasa kuliahnya terlanjur ia korbankan untuk menjalankan rencana bisnisnya yang malah gagal.

Beberapa pelajaran kudapatkan dari kejadian yang dialami temanku tersebut. Diantaranya, bagaimana cara kita agar bisa menjaga perasaan kita, saat kita diberikan satu kemudahan. Jangan sampai kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah kepada kita itu malah menjadikan kita takabur dan merasa bahwa segala hal yang sedang kita tekuni sudah kita kuasai sepenuhnya. Selanjutnya, dalam sebuah perencanaan biasakan membuat satu atau lebih rencana cadangan, karena pada dasarnya kita hanya bisa berencana hasilnya Allah yang menentukan. Salah satu ikhtiar kita yaitu dengan membuat cadangan rencana yang harus digunakan ketika rencana awal kita gagal. Dan terakhir, bagaimana menumbuhkan sikap anti mengeluh pada diri kita. Karena dalam setiap keluhan yang keluar di tukar dengan satu beban yang menambah beban pikiran kita. Sehingga kita bisa tetap konsisten dan yakin dengan apa yang telah kita rencanakan untuk hidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar