Senin, 14 Januari 2013

.: Untuk Kita, Mengenai Bapak Tua Kita :.


Kau kini tumbuh besar kawan.
Kau lihat ayah semakin menua dan melemah.
Kini,
Dia berbeda dengan yang dulu.
Dulu ia berani berbicara dengan nada keras ketika kau salah.
Tapi kini, nada suaranya begitu rendah padamu.
Tapi kini kau selalu di minta pendapat olehnya.
Dulu tangannya begitu mudah melayang padamu.
Kini tanggannya sulit untuk menyentuhmu dengan kekasaran
Ia menyekolahkanmu,



sehingga ia menyadari bahwa kau orang berilmu.
Ia melihatmu mulai berprestasi,
sehingga ia melihatmu tidak sebagai orang biasa.
Ia melihatmu diperlukan banyak orang.
Sehingga ada rasa segan padanya dan memperlakukanmu sebagaimana dulu.
Ia melihat dirimu sudah bisa mencari uang.
Sehingga  dia merasa bahwa kau sudah mandiri.
Kawan,
apakah karena berilmu, lalu kita berani membodoh-bodohkan bapak tua kita?
Apakah karena sudah bisa mencari uang sendiri lalu kita perlakukan mereka seperti babu?
Apakah karena kita diperlukan banyak orang, kita anggap mereka tak berharga?
Kita sibuk dengan proyek dan bisnis tanpa ada sapa untuk mereka.
Apakah karena kita sudah merasa menjadi raja.
Kita anggap mereka pembantu atau orang kampung pinggiran yang tak berguna.
Bodoh sekali, kalau semua itu membuat kita memandang rendah bapak dan ibu.
Hanya karena alasan karir, uang, profesi dan teman-teman yang belum tentu setia.
Telah memberi derajat kita sebagai manusia.
Kalau diantara kita ada yang seperti itu,
kita telah menjual bapak dan ibu,
kita telah menghilangkan kerinduan dalam hati mereka memiliki seorang anak.
Setelah sekian lama diperjuangkan, kita melupakannya.
Untuk apa kita hidup, kita bekerja, kita belajar, percuma !
Ingat,
mereka semakin menghargai kita semakin kita bertambah besar.
Ia juga semakin menyimpan harapan di pundak kita.
Karena kita anak yang ia banggakan, anak yang ia jagokan
Kawan,
Tangismu tak berguna.
Kawan,
buatlah mereka tersenyum dan menangis karena memilikimu.
Bukan menangis sakit hati, tapi bangga.
Bahwa inilah anak yang dulu ia dambakan kehadirannya.
-Bambang Achdiat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar