Kamis, 13 Juni 2013

Allahuma Yassir Wala Tu'assir

Ketika jantung berdegup tak menentu. Ketika kekhawatiran menghantui hari-hari. Ketika hidup terasa jauh lebih sulit. Ketika tujuan dan cita terasa semakin jauh. Ketika senyum tak dapat lagi tersungging. Ketika tawa menjadi membeku bisu. Ketika canda terasa hambar tak membantu. Ketika lelah terasa di luar nalar. ketika ketakutan begitu merajarela. Ketika ketidakpastian tiba-tiba menjadi kawan. Ketika kegagalan terlihat di ujung mata. Ketika daya tak lagi berupaya. Ketika diri tak sanggup lagi berlari, dan ketika sekeliling terlihat menjauh pergi. Tapi, yakinlah Alloh tetap disisi. Mendengar setiap jeritan hati. Melihat setiap tetes keringat yang menetes, dan Mempertimbangkan setiap usaha.
Maka.. Berdoa sebisa-bisa yang kamu bisa. Menjerit, sekeras yang kamu punya melalui lantunan doa. Berusaha, 1000 kali lipat lebih dari apa yang kamu usahakan sekarang. Bertawakal, pasrahkan kepada Dia yang mengatur kehidupan semesta. "Allahuma yassir wa laa tu'assir. Ya Allah, mudahkanlah jangan dipersulit"

Jangan Biarkan “Kebiasaan” Itu Mengubah Nurani"


Cileunyi. Siang hari yang mendung.
Di jalan sempit berbatu di tepian persawahan yang tidak lagi menghampar, mataku menatap sebuah penggalan hidup.
Seorang pria menjelang tua berdiri terrtegun. Pandangannya kosong. Wajahnya diliputi kekhawatiran – sedikit menunjukan rona menangis – pasrah.Tangannya tetap tidak lepas dari gerobak yang rasanya dari tadi didorongnya. Entah dari mana. Gerobak besi berdinding seng. Kosong. Tanpa barang-barang jualan atau barang-barang belanjaan. Hanya segelintir sampah plastik bekas air minum kemasan tergeletak di dalamnya.
Ternyata gerobak itu tidak kosong.Tiga makhluk Allah mungil ternyata duduk di dalamnya. Semua dalam diam. Tanpa ocehan. Tanpa keceriaan. Hanya wajah polosnya masing-masing.
1371044851666362888Yang besar memunggungi ayahnya. Cowok. Harusnya duduk di kelas tiga atau empat SD. Matanya selalu menatap ke depan. Dan di depannya, duduk adiknya - mungkin. Wajahnya juga polos. Dengan duduk bersila putri, dia bersender ke dinding gerobak sebelah kiri. Umurnya ditaksir seusia anak SD kelas satu atau dua. Dan di atas pangkuan anak sekecil itu, tergolek makhluk lainnya: mungil balita. Tertidur pulas. Kepalanya bersandar di dada dan ketiak anak kecil yang sangat mungkin adalah kakaknya. Tidurnya nyenyak, senyenyak seorang bayi tidur di pangkuan ibunya. Tidurnya nyenyak, karena anak kecil itu pun memangku adiknya dengan cara memangku seorang dewasa.
Trenyuh. Pemandangan yang memberi banyak warna. Banyak makna. Kesedihan. Kemiskinan, Keprihatinan. Kepolosan. Ketegaran atau kesabaran atau bahkan kepasrahan.
“Aaargh…..itu hanya sandiwara” – sebuah suara tanpa kata mengiang di telinga.
“Itu tipuan saja. Seringkali kau lihat di Bintaro Jaya. Apalagi saat puasa. Itu sandiwara” – suara itu muncul lagi,
“Lihat di sudut sana. Ada orang dewasa. Maen hape, merokok pula. Mereka memanfaatkan rasa iba”.
Langkahku mendekati gerobak itu terhenti.
“Tapi…..”. Lalu kumantapkan langkahku mendekati gerobak itu.
Saat itu, sebuah suara lembut yang pernah saya dengar dulu, kembali terdengar di telingaku, di hatiku, di batinku.
“Tugas kita berbuat baik. Tugas kita bersedekah. Jika mau bersedekah, SEDEKAHLAH. Jangan biarkan pikiran yang terlalu jauh mencegahmu untuk bersedekah. Janganlah kata-kata “mungkin saja dia…”, “bisa jadi dia…” menahanmu bersedekah. Bersedekahlah. Ikhlaslah. Dan biarkanlah Allah yang kemudian “berbicara”.
####****
Kawan. Jangan sampai sebuah peristiwa atau pemandangan yang menjadi biasa mengubah nurani kita

Kuliah Online Muda Mulia : Akibat Salah Jalan

Kejadian ini kira-kira berlangsung sebulan yang lalu. Saat itu Saya dan Mas Arief Faizun berkendara menuju Jakarta untuk mengisi kelas mentoring bisnis The Runners.  Kelas The Runners Jakarta terjadwal rabu malam jam 19.30 sampai dengan jam 22.00. Saya meluncur dari Bandung pukul 14.00, biasanya Kami sampai di tempat pelatihan jam 17.00. Namun kali ini kejadiannya berbeda. Saya terlambat sampai ke tempat acara.  Setelah Kami melalui gerbang Tol Cikarang Utama, Sahabat Saya mendadak membutuhkan toilet. Saya tentu tidak perlu menjelaskan mengapa ia membutuhkannya. Heheheh… akhirnya, Kami pun memutuskan untuk memilih gerbang tol keluar terdekat.  Urusan “hajat” sudah tunai, Kami berniat kembali ke Tol menuju Jakarta. Dengan pedenya Kami menempuh jalan yang kosong, sementara di sisi sebelah kiri Kami, mobil macet berdesak-desakan, Kami memilih jalur yang sepi, wuusshh.. lancar.  Namun setelah Kami kembali ke jalan TOL, betapa terkejutnya Kami, ternyata jalur yang Kami pilih adalah ruas TOL yang menuju ke cikampek, bukan ke Jakarta. Kami salah jalan.. terpaksa Kami harus keluar di gerbang cikarang, untuk kemudian memutar arah kembali menuju Jakarta.  Kami kira, Kami cukup menempuh beberapa menit untuk berputar, karena memang lokasi Kami tidak jauh dari gerbang cikarang, namun ternyata, Kami harus menempuh kemacetan yang luar biasa, total waktu yang dibutuhkan untuk memutar arah ternyata hampir 2 jam. Dan tebak.. Sesampainya di tempat pelatihan, waktu telah menunjukkan jam 20.45. Kami terlambat hampir 4 jam dari jadwal yang semula dijadwalkan.  ***  Saya mulai merenungi kejadian ini. beginilah rasanya salah jalan. ada waktu yang terbuang, ada energi yang terbuang, ada perasaan lelah yang tumpah begitu saja.  Kami berdua harus berjalan menyemut saat memutar arah. Sebuah energi yang benar-benar terbuang untuk sesuatu yang seharusnya tak perlu Kami lewati. Dan dampaknya pada keberjalanan rencana Kami, peserta terbengkalai, untunglah mereka sabar menunggu, Saya benar-benar malu dan meminta maaf kepada mereka, alhamdulillah mereka memahami. Semoga.  ***  Inilah yang Saya ingin bagi kepada sahabat Kuliah Online MudaMulia. Kebanyakan kita merasa bahwa salah jalan adalah perkara yang biasa. Kita merasa bisa kembali dengan cepat. Kita merasa masih banyak waktu yang kita miliki. Terutama kita anak muda, rasanya terlalu dini untuk menjadi orang baik, terlalu dini untuk menjadi sholih, terlalu dini untuk menempuh jalan yang benar. puas-puasin saja dahulu, rasakanlah semua jalan yang salah.. toh masih banyak waktu untuk kembali.  Sahabat, Saya ingin berbicara kedalam hati Anda, salah jalan bukanlah perkara yang menyenangkan. Ketika Anda salah Jalan, ada berbagai konsekuensi negatif yang Anda harus rasakan..  Pertama, Waktu Anda terbuang. Ketika di usia 21 Anda salah jalan, anggap sampai usia 23, maka Anda sudah membuang 2 tahun dalam ketersesatan. Ketika Anda memutuskan untuk kembali, walau jalan taubat itu terbuka, tapi ada sunnatullah yang harus Anda jalani, yaitu.. Anda harus menempuh rute lebih panjang, karena Anda tadinya terlalu jauh dari jalan yang benar.  Kedua, energi Anda terbuang. Perkara tadi Saya berkendara, bensin Saya terbuang. Lalu bagaimana dengan kehidupan Anda, atau kehidupan kita. Ketika kita salah jalan, kita membuang energi kehidupan kita. pasti lelah, Andaipun kita ingin kembali.. kita memerlukan energi yang tidak sedikit.  Ketiga, uang Anda jelas terbuang percuma. Ketika Anda melangsungkan kehidupan, pastilah Anda menghabiskan uang, minimal untuk bertahan hidup. Dan ketika Anda menempuh hidup yang salah, tak jarang uang Anda terbuang pada jalan yang tak seharusnya.  ***  Tulisan ini bukan bermaksud menakut-nakuti  Anda yang akan bertaubat. Jika Anda ingin kembali ke jalan yang benar, kembalilah segera. Justru tulisan ini berniat untuk mempercepat kembalinya Anda  ke jalan yang benar.  Manusia dicipta diatas fithrah, Ia pada dasarnya baik. sehingga Saya meyakini, bahwa hati Anda dapat merasakan, apakah kehidupan Anda sedang berada di jalan yang benar atau tidak.  Bagi sahabat yang telah menyadari, bahwa dirinya telah mengambil jalan yang salah, segeralah mencari jalan memutar, kembalilah ke jalan yang benar. putar arah. Semoga bermanfaat. []   
Rendy Saputra 
Self Developer    
Ngobrol bareng Kang Rendy dengan mention @kangrendy di twitter  Jika Sahabat merasakan kebermanfaatan dari Kuliah Online MudaMulia ini, dukung layanan ini dengan meneruskan artikel ini ke sahabat Anda yang Anda kasihi. Terima Kasih.